CIANJUREKSPRES – Kabar meninggalnya Rizal Ramli mantan Menko Maritim ini banyak berdatangan sahabat, keluarga, teman, dan rekan kerja ke rumah duka.
Eks Menko Kemaritiman Rizal Ramli meninggal dunia di Jakarta pada 2 Januari 2024 lalu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Potret rumah duka yang berlokasi di jalan Bangka IX, Jakarta Selatan terlihat isak tangis keluarga di samping jenazah.
Baca Juga:7 Fakta Menarik Sosok Rizal Ramli Sosok Ekonom KritisDaftar Buah Unik di Dunia Pernah Menemukannya
Para pelayat berdatangan tanpa henti untuk memanjatkan doa dan melakukan solat jenazah berjamaah.
Selain itu terdapat deretan karangan bunga yang tampak berjejer di pekarangan rumah duka, serta terlihat karangan bunga putih dengan foto mendiang Rizal Ramli yang begitu menarik perhatian.
Rizal Ramli dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada Kamis besok.
senior ekonom Indonesia Rizal Ramli meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hal tersebut didapatkan dari staf rumah sakit Tri Wibowo Santoso.
Keluarga dari Rizal Ramli menyatakan pernyataan benar bahwasanya sosok yang dicintainya telah berpulang, dalam akun X atau twitter dituliskan oleh perwakilan keluarganya.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang bapak/kakek/mertua kami, Rizal Ramli pada tanggal 2 Januari 2024 pukul 19.30 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kami segenap keluarga memohon maaf jika ada kesalahan beliau selama hidupnya” tulis pesan singkat pada akun X Teguh Santosa.
Kisah Singkat Rizal Ramli
Rizal ramli yang lahir di Padang, Sumatera Barat pada 10 Desember 1954 ini merupakan mantan aktivis mahasiswa yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi, beliau juga kerap mengisi jabatan pada bagian eksekutif.
Baca Juga:Buah yang Baik Dikonsumsi pada Pagi HariRekomendasi Makanan Sehat Menjaga dari Radikal Bebas
Beliau dikenal sebagai sosok yang cukup kritis pada pemerintah yang berulangkali melontarkan kritik tajam terkait masalah ekonomi pemerintah yang sedang dihadapi pada masa itu.
Rizal Ramli merintis perjalanan hidupnya dengan begitu susah payah, ia yang sebagai anak yatim piatu membiayai sendiri kehidupannya terutama pada masa kuliahnya di Institut Teknologi Banndung (ITB).
Berbagai tekanan kehidupan yang dialaminya memdekatkan dirinya dengan berbagai problematika masyarakat di lingkungan bahkan lebih luas lagi.
Pada 1978 ia bahkan ikut dalam gerakan menentang pemilihan kembali Soeharto menjadi presiden, hal itu membuatnya diberikan ruang di sel selama 18 bulan lamanya.