CIANJUREKSPRES- Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto menyebut Gibran Rakabuming Raka layaknya Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Hal itu ia ungkap usai mencabut scors rapat pleno 1 Rapimnas Partai Golkar, pada Sabtu 21 Oktober 2023 di Gedung DPP Partai Golkar.
Menurut Airlangga meski Gibran baru berusia 36 tahun, tapi dia diyakini bisa menjalankan roda pemerintahan seperti Sutan Sjahrir.
Baca Juga:Profil Gibran Cawapres Prabowo, Anak Jokowi Disebut Mirip Sutan SjahrirReaksi Warganet Gibran Jadi Cawapres dan Disebut Mirip Sultan Sjahrir
Pernyataan Airlangga Hartanto itu pun menuai beragam reaksi dari publik, beberapa menilai tokoh nasional Sutan Sjahrir tak dapat disamakan dengan Gibran Rakabuming yang notabene merupakan anak dari seorang presiden.
Lantas seperti apa latar belakang Sutan Sjahrir?
Sutan Sjahrir merupakan tokoh nasional yang lahir pasangan Mohamad Rasad dan Puti Siti Rabiah ini lahir di Sumatra Barat, 5 Maret 1909. Ayahnya adalah penasehat Sultan Deli.
Usai menamatkan pendidikannya, ia hijrah ke Bandung. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Sutan Sjahrir aktif dalam organisasi. Salah satunya adalah teater mahasiswa.
Bahkan Sutan sering melakukan pementasan teater lalu uang hasil kegiatannya itu ia sumbangkan untuk biaya sekolah anak-anak tidak mampu.
Mengagumkannya adalah sekolah tersebut adalah rintisan Sutan. Nama sekolah tersebut adalah Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat).
Setelah beranjak dewasa Sutan turut serta dalam peristiwa yang sekarang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda. Ia adalah 1 dari 10 pemuda yang menggagas pendirian Jong Indonesie (cikal bakal Pemuda Indonesia).
Tidak cukup mengenyam pendidikan di dalam negeri. Sutan mengambil pendidikan hukum di Universitas Leiden, Belanda. Di sana ia menjalin hubungan erat dengan Bung Hatta.
Baca Juga:Deretan Smartwatch Xiaomi Terbaik untuk Aktivitas HarianSpesifikasi dan Daftar Harga Smartwatch Xiaomi 2023, Desain Penuh Gaya!
Sepulang dari pendidikan formal. Pada 1931 Sutan bergabung dengan PNI (Partai Nasional Indonesia) Baru. Bersama Bung Hatta ia menciptakan kader pergerakan.
Lagi-lagi Sutan ambil peran dalam momen nasional. Bahkan pada kesempatan kali ini merupakan yang sangat krusial yakni menuntut kepada Soekarno agar Indonesia segera diproklamirkan kemerdekaannya.
Hal ini didasari atas kekalahan Jepang terhadap sekutu. Syahrir dan pemuda lainnya menilai momen ini adalah celah untuk menuju kemerdekaan Indonesia.