Selain memiliki legenda atau asal usul yang luar biasa, Gunung Lawu memiliki cerita mistis yang membuat merinding dan banyak beredar di kalangan masyarakat dan para pendaki.
Cerita mistis Gunung Lawu di antaranya sebagai berikut:
1. Pasar Setan
Gunung Lawu memiliki pasar setan yang sangat di percayai keberadaannya oleh para pendaki dan masyarakat sekitar.
Jika melewati jalur pendakian Cheto, jangan kaget apabila mendengar sayup-sayup suara yang cukup ramai seperti di pasar.
Baca Juga:Merinding! Asal Usul Kuntilanak Bikin Bulu Kuduk Berdiri5 Rekomendasi Film Horor Netflix Dengan Rating Tertinggi
Biasanya para pendaki Gunung Lawu akan mendapat nasihat dari juru kunci untuk tidak membeli atau menerima barang yang ditawarkan oleh orang-orang yang ditemui di lereng gunung.
Pasalnya, penjual tersebut bukanlah seorang manusia melainkan makhluk gaib dari penghuni pasar setan.
2. Jumlah Pendaki
Cerita mistis Gunung Lawu, mengenai jumlah pendaki.
Ada beberapa aturan yang tidak tertulis seperti jumlah pendaki dalam satu rombongan yang di usahakan jangan berjumlah ganjil karena konon katanya akan di genapkan oleh makhluk lain.
BACA JUGA : Dicap Jadi Pelakor, Andi Annisa Pamer Pacar
3. Mitos Sendang Drajat
Di atas Gunung Lawu terdapat sumber mata air yang bernama Sendang Drajat.
Masyarakat sekitar pecaya bahwa siapa pun yang meminum air di sana akan awet muda, kuat dan memiliki aura yang khas.
Namun hal ini kembali pada niat kita karena jika niat kita baik maka akan di permudah, sebaliknya niat yang buruk maka akan ada rintangan.
4. Memiliki Nyawa
Cerita horor lain dari Gunung Lawu yaitu diyakini memiliki nyawa dan bisa mendengar setiap perkataan manusia.
Baca Juga:Film Horor Spirit Doll, Film Horor Pertama Anya GeraldineSinopsis Drakor Netflix The Good Bad Mother di Jamin Bikin Sedih
Karena itu, para pendaki selalu di ingatkan untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar, menjaga sopan santun dan tidak merusak alam.
Bahkan ada beberapa kejadian yang menyebabkan para pendaki hilang atau tersesat di kawasan Gunung Lawu.
Menurut penuturan beberapa masyarakat sekitar, hal tersebut biasanya di sebabkan oleh sikap para pendaki yang tidak sopan dan terkesan meremehkan saat mendaki dan tidak mengucapkan salam atau permisi.