Para Panelis Asing Antusias Lestarikan Angklung Heal The World

Para Panelis Asing Antusias Lestarikan Angklung Heal The World
0 Komentar

Tujuan dari terapi angklung di tahanan remaja ini adalah untuk memberi rasa percara diri bahwa hidup belum berakhir, sekaligus menunjukkan kepada orang tua potesi anak sebenarnya. “Saatnya orang tua mendengarkan anaknya melalui angklung,” kata Koong.

Selain di rumah tahanan, Koong juga mempergunakan angklung untuk merehabilitasi para lansia agar di usia senja masih merasa bahagia dan berguna dengan keahlian angklung.

Angklung juga ternyata berkembang pesat di Amerika Serikat. Diawali dengan pencatatan rekor dunia permainan angklung terbanyak yang dilakukan di Washington DC pada 2011, komunitas- komunitas angklung terus bermunculan sejak itu.

Baca Juga:Masyarakat Global Rayakan 11 Tahun Angklung Diakui DuniaRidwan Kamil: Pemuda Harus Lakukan Ini Menuju Indonesia Emas 2045

House of Angklung Washington DC salah satu komunitas yang konsisten mendorong angklung lebih dikenal lagi masyarakat AS. Diawali dengan inisiatif sendiri, dukungan dari Kedutaan Besar dan stakeholders lain kemudian terus bermunculan hingga kini.

House of Angklung juga memiliki program Angklung Goes to School yang terlah berjalan bertahun – tahun dan mendapat respons posistf dari kalangan pendidik di sana.

“Mereka bilang angklung sangat tepat untuk anak kelas 4 dan 5 SD karena sifatnya yang sangat sophisticated. Di Negara Bagian County Mariland angklung sudah masuk daftar kurikulum pendidikan di sana,” sebut Trizia Sumaryanto, conductor Hous of Angklung Washington DC.

Melalui bantuan Kedutaan Besar RI di Amerika, pada 2021 Angklung goes to School diperluas menjadi Angklung goes to America dengan kerja sama organsiasi lokal di sana.

“Bantuan rutin yang diberikan adalah angklung interaktif empat set setiap kelompok, pelatihan, buku pandua, partitur, musik MP3 lagu Indonesia dan Amerika,” sebut Tricia.

Saat ini, kata Tricia, makin banyak orang Amerika Serikat ingin tahu angklung bahkan pada yang originalnya yakni angklung tradisional pentatonik.

Angklung pentatonik merupakan angklung asli yang dikembangkan leluhur dan hanya bisa memainkan lagu Sunda dan Jawa. Oleh almarhum Daeng Soetigna, nada angklung diubah dimodifikasi menjadi diatonik sehingga bisa memainkan dana do – re – mi – fa – so – la si – do.

Baca Juga:Teddy Minahasa Klaim HDCI Akan Turut Serta Membangkitkan Pariwisata IndonesiaPartai Hanura Jabar akan Usulkan Ridwan Kamil Jadi Capres di 2024

Angklung diatonik berkembang pesat di Kota Bandung dengan Saung Angklung Udjo (SAU) yang didirikan Udjo Ngalagena ayau yang biasa disebut Mang Udjo. SAU menemukan kejayaannya dengan kunjungan wisatawan 2.000 per hari dan pertunjukan 3-4 kali sehari.

0 Komentar