Kampung Kristen Palalangon di Kota Santri Bukti Tingginya Toleransi

Kampung Kristen Palalangon di Kota Santri Bukti Tingginya Tingkat Toleransi. (zan)
Kampung Kristen Palalangon di Kota Santri Bukti Tingginya Tingkat Toleransi. (zan)
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Kerukunan antar umat beragama telah terjalin selama ratusan tahun di Kampung Palalangon, Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang. Bahkah Kampung Kristen pertama di Cianjur itu, digadang-gadang menjadi kampung toleransi yang sebenarnya.

Hal itu bahkan sudah diperlihatkan pada zaman Perang Kemerdekaan periode 1946 hingga 1947, dimana terdapat Kompi Kristen (Kompi IV) Laskar Hizbullah Batalyon III Ciranjang yang dipimpin Yotham Marchasan.

Catatan sejarah menyebutkan, pada pendirian Laskar Hisbullah di Ciranjang pada 3 Februari 1946, warga Kampung Kristen Palalangon menyumbangkan dua ekor kuda juga beberapa perangkat mesin tik untuk keperluan administrasi pasukan pejuang umat Muslim tersebut.

Baca Juga:Berusia 121 Tahun, GKP Palalangon jadi Gereja Tertua di CianjurKalapas dan Puluhan Napi Basuh Kaki Ibu

Kata dia, pasukan Laskar Hisbullah IV Ciranjang juga menjadi laskar dengan pendanaan terbesar karena dibantu oleh umat Kristen yang ada di Kampung Palalangon.

“Pada saat itu, para umat Kristiani memberikan dukungan pada pejuang Laskar Hisbulla berupa beberapa ekor kuda, mesin tik, juga menjadi donatur. Jadi memang kerukunan beragama di sini (Palalangon) sudah terbentuk sejak dulu dan terpelihara selama empat generasi. Sejak 1902 saat pendirian Gereja Kristen Pasundan (GKP) Palalangon, zaman Perang Kemerdekaan, hingga sampai saat ini toleransi dan kerukunan antar umat sangat terjaga,” ujar Kadus 3 Kertaluyu RW 7 8 9 Desa Kertajaya, Yunarta (54) yang ternyata masih keturunan Yotha Marchasan.

Kata dia, jika toleransi antar umat beragama khususnya Muslim dan Kristen di Palalangon sudah mendarah daging dan terbentuk bahkan sebelum lahirnya NKRI itu sendiri.

“Kami di Kampung Palalangon sudah menjalankan sila ke tiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia jauh sebelum Pancasila itu sendiri lahir. Jadi istilah Kampung Toleransi di sini bukan settingan atau dibentuk oleh instansi tertentu. Di sini tolendanainya murni,” ujar Yunarta, Minggu (24/12/2023).

Diketahui, sekira 200 meter dari GKP Palalangon, terdapat Masjid dan Pesantren Nurul Hidayah. Sudah ada beberapa warga Kampung Kristen yang menjadi mualaf dan diasuh oleh Masjid Nurul Hidayah. Namun begitu, tidak pernah ada perpecahan yang tejadi.

“Jadi kalau ada ummat Kristiani di sini yang mau mualaf karena keiinginan sendiri, perginya ke Masjid Nurul Hidayah. Tapi hal itu tidak pernah jadi permasalahan. Di sini (Kampung Kristen) sudah biasa, ada keluarga Kristen, tapi anggota keluarganya Muslim, itu tidak masalah,” kata dia. (zan)

0 Komentar