Ini Ciri-Ciri Anak Trauma Akibat Sering Melihat Orangtua Bertengkar

Ini Ciri-Ciri Anak Trauma Akibat Sering Melihat Orangtua Bertengkar
Ini Ciri-Ciri Anak Trauma Akibat Sering Melihat Orangtua Bertengkar
0 Komentar

CIANJUREKSPRES-Melihat orangtua bertengkar dapat menjadi pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Pertengkaran yang terjadi secara terus-menerus, bahkan disertai dengan kekerasan fisik atau verbal, dapat menyebabkan anak merasa takut, cemas, dan stres. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan emosional dan sosial anak.

Ini ciri-ciri anak trauma akibat sering melihat orangtua bertengkar:
  1. Ketakutan dan kecemasan

Anak yang trauma mungkin merasa ketakutan dan cemas akibat orang tua sering bertengkar. Ia mungkin merasa takut dipisahkan dari orangtuanya, takut akan kekerasan, atau takut akan masa depan.

  1. Perasaan tidak aman

Anak yang trauma mungkin merasa tidak aman di rumah. Ia mungkin merasa bahwa rumah bukanlah tempat yang nyaman dan aman baginya.

Baca Juga:Gibran Jadi yang Pertama Paparkan Visi Misi di Debat Cawapres BesokSambut Libur Akhir Tahun, KCIC Tambah Jadwal Kereta Cepat Whoosh Menjadi 48 Perjalanan

  1. Stres emosional

Anak yang trauma mungkin mengalami stres emosional yang dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti sulit tidur, mudah marah, atau sulit berkonsentrasi.

  1. Perubahan perilaku

Anak yang trauma mungkin mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi lebih agresif, lebih pasif, atau lebih menarik diri dari lingkungan sosial.

  1. Penurunan prestasi akademik

Anak yang trauma mungkin mengalami penurunan prestasi akademik. Hal ini disebabkan oleh gangguan konsentrasi dan stres emosional yang dialaminya.

  1. Masalah tidur

Anak yang trauma mungkin mengalami masalah tidur, seperti insomnia atau mimpi buruk. Hal ini disebabkan oleh stres dan kecemasan yang dialaminya.

  1. Masalah kesehatan fisik

Anak yang trauma mungkin mengalami masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, atau gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan oleh stres dan kecemasan yang dialaminya.

  1. Kemampuan interaksi sosial kurang

Anak yang trauma mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Ia mungkin merasa sulit percaya kepada orang lain atau merasa tidak layak untuk dicintai.

  1. Merasa bersalah

Anak yang trauma mungkin merasa bersalah atas pertengkaran orangtuanya. Ia mungkin berpikir bahwa ia adalah penyebab pertengkaran tersebut.

Baca Juga:Sambut Libur Nataru, LRT Jabodetabek akan Angkut Penumpang Lebih Banyak6 Minuman Alami yang Bisa Menyapu Bersih Batu Ginjal

  1. Menjadi dewasa sebelum waktunya

Anak yang trauma mungkin menjadi dewasa sebelum waktunya. Ia mungkin merasa bahwa ia harus bertanggung jawab atas diri sendiri dan orangtuanya

0 Komentar