CIANJUREKSPRES- Apa itu tradisi kupatan? ada yang tau nggak nih prihal tradisi yang selalu ada saat lebaran yang sering dilakukan oleh masyarakat untuk  menjalin silaturrahim terhadap sesama Muslim.
Berbagai macam cara dilakukan dalam rangka menyemarakkan hari raya idul fitri.
Orang Jawa sendiri mempunyai tradisi khusus dalam menyambut lebaran yang dinamakan tradisi Kupatan, yang merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya.
Baca Juga:Apa Hukum Sholat Id Bagi Umat Muslim?Resep Opor Ayam : Menu Lebaran
Kupatan adalah tradisi keagamaan yang berhubungan dengan tradisi Islam. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan.
Waktu perayaan kupatan biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri.
Biasanya masyarakat desa berkumpul di suatu tempat seperti masjid atau musholla untuk melakukan selamatan dan seluruh warga membawa hidangan yang didominasi dengan ketupat. Hal ini merupakan perwujudan rasa syukur setelah mengerjakan puasa satu bulan penuh dan disempurnakan dengan puasa sunah enam hari di bulan syawal.
Kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari kalimat ‘ngaku lepat’ yang berarti ‘mengakui kesalahan’.
Oleh karena itu, saling berbagi dan memberi kupat di hari raya lebaran Idul Fitri adalah simbol atas pengakuan kesalahan dan kekurangan diri masing-masing terhadap Allah SWT, keluarga dan terhadap sesama.
Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda.
Masyarakat desa biasanya membuat sendiri anyaman tersebut lalu diisi dengan beras yang telah direndam air. Selanjutnya kupat tersebut direbus berjam-jam sampai matang. Makanan ini biasanya disajikan bersama sayur pelengkap, seperti opor ayam dan lainnya.
Baca Juga:27 Rekomendasi Film Terbaru Saat LebaranApakah Perlu Membeli Baju Lebaran?
Warna isi ketupat yang putih melambangkan kesucian hati setelah kita meminta maaf atas atas kesalahan yang dilakukan pada orang lain. Lalu, daun janur yang dipakai juga mengandung makna jatining nur atau hati nurani. Ketupat sudah menjadi maskot makanan khas lebaran. Namun dalam tradisi Jawa, makanan ini bukan hanya sajian pada hari kemenangan, tetapi makna filosofis yang mendalam dalam tradisi Jawa.