Ribuan Ikan Mas Mati Mendadak, Petani KJA Rugi Puluhan Juta Rupiah

Ribuan Ikan Mas Mati Mendadak, Petani KJA Rugi Puluhan Juta Rupiah
Petani KJA tengah memungut ikan mas yang mati akibat perubahan air yang keruh. Ribuan ikan tidak bisa diselamatkan, petani merugi puluhan juta rupiah.(istimewa)
0 Komentar

Cianjurekspres.net – Ribuan ikan mas yang diperkirakan sebanyak 2,5 ton mati mendadak akibat air keruh yang datang dari Sungai Cisokan di kolam Keramba Jaring Apung (KJA) yang terletak di blok Pinus Desa Cikidangbayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur.

Kematian ribuan ikan mas tersebut terjadi sejak Minggu (26/9) siang sampai dengan Senin (27/9) pagi masih berlangsung. Akibatnya petani KJA mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Cianjur Ekspres, kematian ikan tersebut berawal dari ikan-ikan yang masih kecil dan tiba-tiba mengambang. Sementara ikan-ikan yang besar menyusul kemudian.

Baca Juga:Atalia Ajak Masyarakat Jadi Orang Tua Asuh Anak Yatim Piatu Karena Covid-19Peduli Anak Yatim, Pemprov Usulkan ada Hari Anak Yatim Nasional

Kondisi air dari Sungai Cisokan yang keruh akibat hujan deras di bagian hulu diduga menjadi penyebab kolaps dan matinya ikan mas. Ribuan ikan yang mati mendadak tersebut milik Duleh (38), Utep (40), H Jampang (40), dan Endan (40). Rata-rata perorang menderita kerugian masing-masing di atas Rp10 juta.

Para petani mengatakan, ikan mas memang kondisinya lemah dibanding dengan ikan nila. Ikan mas memerlukan air yang jernih, jadi jika datang air keruh dari sungai Cisokan maka ikan akan mati.

“Sudah risiko kalau menanam ikan mas di kolam, dibanding nila kalau ada perubahan air seperti ini lebih kuat ikan nila,” ujar seorang petani ikan, Utep, melalui sambungan telepon, Senin (27/9).

Utep mengatakan kolamnya berbagi dengan milik Duleh, tahun ini ia tak mempunyai untung besar karena kematian ikan mas ini.

Ia mengatakan, kolam yang terdapat ikan mati merupakan kolam dari para petani yang bekerja di orang lain. “Jadi risiko kalau kolam yang dekat pinggir daratan ya seperti ini, rata-rata kolam yang berada di pinggir daratan ini milik para petani yang bekerja untuk kolam orang lain,” katanya.

Seorang petani lainnya, Duleh, mengatakan, semua ikan yang mati terkadang tak bisa dijual jadi harus diangkat dari kolam dan dibuang karena bisa menjadi busuk dan menimbulkan penyakit untuk ikan lainnya.

Ia mengatakan, risiko kematian ikan merupakan hal yang paling merugikan. Namun kebanyakan para petani menyadari jika menanam ikan dekat daratan sangat berisiko tinggi.  “Mau bagaimana lagi tak bisa melawan alam, kita sudah menjaga sebaik mungkin kalau ada musibah seperti ini tak bisa berbuat banyak lagi,” katanya.(hyt/yis/sri)

0 Komentar