Bocah Berkelamin Ganda Butuh Bantuan

Bocah Berkelamin Ganda Butuh Bantuan
BANTUAN: Bocah Aimar Qolbi Rajibi (3) memiliki kelamin ganda anak pasangan suami istri Iyan Kustian (46) dan Ida Rosida (37) warga Kampung Mareleng RT 05/ RW 05, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi membutuhkan bantuan (FOTO: AYI SOPIANDI)
0 Komentar

LAYAKNYA anak pada umumnya, suka bermain dan suka jajan. Demikian juga yang dialami Aimar Qolbi Rajibi (3) anak pasangan suami istri Iyan Kustian (46) dan Ida Rosida (37) warga Kampung Mareleng RT 05/ RW 05, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi.
Sepintas tidak ada yang berbeda anak seusianya. Hanya saja ternyata dibalik itu semua Aimar memiliki hal yang berbeda dengan anak-anak seusianya. Yang membedakan ia memiliki alat kelamin ganda.
Hal tersebut diketahuinya saat lahir, pada tahun 2016 di Puskemas di Jakarta. Dikarenakan tak memiliki biaya untuk mengecek dan berobat orang tua Aimar pun lebih memilih untuk menahan diri karena keterbatasan.
Iyan Kustian (46) mengatakan, Aimar Qolbi Rajibi (3) merupakan anak bungsunya dari tiga bersaudara. Melihat kondisi anaknya yang semakin hari semakin tumbuh besar perasaan malu pun mulai datang. Alhasil saat ini mulai minder ketika main bersama anak seumurannya. Tak hanya itu untuk melakukan buang air kecil pun saat ini tidak lagi melakukannya disembarang tempat melainkan harus pulang terlebih dahulu.
“Aimar sekarang suka minder kalau main bersama teman sebayanya, dan selalu berkata tidak mau menjadi anak perempuan,” terang Iyan Kustian, saat ditemui Cianjur Ekspres di rumahnya, Selasa (3/9).
Khawatir dengan kondisi anaknya tersebut, Iyan Kustian bersama istrinya Ida Rosida, membawa Aimar ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) di Bandung untuk melakukan pemeriksaan sekaligus ingin ada kepastian status jenis kelamin anaknya tersebut.
“Terakhir saya bawa Aimar ke RSHS di Bandung pada tanggal 20 Agustus lalu. Niatnya ingin memastikan jenis kelamin anak saya. Tapi ternyata tidak ada jawaban pasti karena terlebih dahulu harus dites DNA (Deoxyribo Nucleic Acid),” ujarnya.
Ia mengatakan tes DNA tersebut hasilnya baru diketahui sebulan kemudian. Tes tersebut, kata Iyan, bisa saja hasilnya seimbang, jika seimbang maka harus disuntik hormon untuk melihat dominasinya.
“Kehati-hatian diperlukan, jika nanti saya arahkan laki-laki takutnya tumbuhnya perempuan begitu juga sebaliknya,” kata Iyan.
Iyan mengatakan, anaknya tersebut lahir di Jakarta saat ia merantau, di Puskesmas Cakung, dirujuk ke RS Persahabatan. Saat itu bayinya lahir normal sembilan bulan.

0 Komentar