Anggaran penanganan rutilahu yang dicover APBD Kabupaten Cianjur di 2023 hanya sebesar Rp2,96 miliar. Padahal diketahui APBD Kabupaten Cianjur ditahun yang sama jumlahnya mencapai Rp3,7 triliun.
“Jujur kalau dari APBD kabupaten, jumlahnya sangat sedikit dan tidak akan sanggup untuk menuntaskan rutilahu di Cianjur. Butuh ratusan miliar untuk itu. Makanya dilakukan bertahap,” ujarnya.
Adanya perbedaan besaran bantuan penanganan rutilahu melalui APBD kabupaten, karena Disperkim harus melibatkan pihak ketiga dalam pembangunannya.
Baca Juga:Jembatan Gembreng di Karangtengah Cianjur Terancam Ambruk, Menyisakan Plat dan Rangka BesiStrategi Anies Perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan: Lakukan seperti Ali Sastroamidjojo
“Kalau Rp20 juta yakin rumahnya tidak akan jadi, karena dalam RAB-nya pasti ada keuntungan juga kena pajak. Maka ditetapkan Rp25 juta dan uangnya langsung diterima penerima manfaat,” jelas Kholis.
Untuk di 2024, pihaknya belum bisa menentukan jumlah anggaran untuk penanganan rutilahu. Namun menurutnya, jumlahnya tidak akan berbeda jauh dari tahun sebelumnya, bahkan bisa saja lebih kecil. “Saya yakin (anggarannya) lebih kecil dari 2023 lalu. Jumlah penanganannya pun tidak akan beda jauh dari tahun sebelumnya,” kata dia.
Perubahan Kualifikasi
Kholis menyebut, pembangunan rumah tinggal layak huni bagi penerima manfaat kini standarnya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika dulunya per-KK yang terdiri dari empat anggota keluarga akan dibangunkan rumah seluas sembilan meter persegi per orang atau 36 meter persegi. Maka saat ini besarannya turun dua meter, menjadi tujuh meter persegi dikali empat anggota keluarga atau 28 meter persegi.
“Saat ini dikurangi dua meter. Jadi tujuh meter persegi kali empat atau total 28 meter persegi per KK. Dan jumlahnya dikali empat walaupun dalam satu KK penerima ada lebih dari empat orang,” ujarnya.
Bentuknya pun kini hanya kotak tanpa sekat. Namun dipastikan memiliki alas, lantai dan dinding (Aladin) yang kokoh dengan plester satu muka, di dalam atau luar rumah.
“Bentuknya sekarang hanya seperti kotak sabun tidak ada kamar-kamar karena anggarannya kecil, yang penting aladin-nya terselesaikan. Material tetap pakai hebel, pondasi harus ada, plester satu muka bisa di dalam atau di luar saja. Pembangunan lainnya menjadi swadaya dari penerima manfaat, jadi rumah tumbuh,” kata dia.