Sejarah Cianjur yang Penuh Makna, Kuda Kosong dan Tiga Biji Beras-Cabai

Sejarah Cianjur yang penuh makna
Sejarah Cianjur yang penuh makna
0 Komentar

“Jadi seserahan itu merupakan pesan tersirat sebagai upaya diplomasi. Seserahan atau persembahan itu simbol yang jika diartikan ialah Cianjur merupakan daerah yang baru saja terbentuk, belum sepenuhnya makmur. Itu tergambar dari tiga biji beras dan pada sebagai simbol pangan serta rempah. Namun ada pesan lainnya dari tiga biji cabai, yang diartikan meski daerah baru Cianjur akan melawan jika diinjak hargadirinya,” ungkap dia.

Luki menyebut jika banyak urusan dari daerah lain yang bingung melihat pesan tersirat dan tersurat dari Cianjur yang diserahkan pada Sultan Mataram. Pasalnya urusan lain menyerahkan banyak hadiah mewah sebagai pengakuan mereka berada di bawah Kerajaan Mataram.

Namun Sultan Mataram yang mengerti akan pesan tersebut langsung tersenyum seraya mengumumkan jika Cianjur bukan daerah bawahan, melainkan sahabat dari Mataram.

Baca Juga:Asal Usul Pawai Kuda Kosong, Hadiah Mataram dan Sosok Raden Eyang SuryakencanaBuntut Keisengan Menteri Basuki, Reaksi ‘Ngedumel’ Sang Istri Jadi Sorotan

“Kala itu Sultan Mataram mengakui Cianjur sebagai sahabat, bahkan disebutkan jika siapapun yang mengusik Cianjue maka juga mengusik Mataram,” ungkap dia.

Tidak hanya itu, Sultan Mataram juga memberikan tiga buah hadiah, yakni biji pohon saparantu, seekor kuda, serta keris yang diambil langsung dari pinggang sang Sultan.

Menurut Luki, ketiga hadiah ini juga memiliki pesan tersendiri, dimana biji pohon saparantu merupakan harapan agar Cianjur bisa panjang umur selayaknya pohon tersebut, kuda sebagai simbol Cianjur harus segera membangun.

“Jadi keris sebagai simbol persaudaraan, pohon sebagai simbol dan harapan agar Cianjur abadi seperti panjangnya usia pohon saparantu, serta Cianjur diminta segera mempercepat pembangunan seperti cepatnya lari kuda balap yang diberikan Sultan Mataram. Jadi diplomasi simbol dibalas dengan simbol juga,” kata dia.

Dia menyebut tiga hadiah itupun dibawa ke Cianjur. Biji Saparantu langsung ditanam di kawasan Cibalagung Kecamatan Mande dan berdiri kokoh hingga sekarang dan kuda menjadi kebudayaan yang dikenal dengan Kuda Kosong lantaran selama perjalanan dari Mataram ke Cianjur kuda hadiah untuk Dalem Cianjur itu tak ditunggangi siapapun.

Namun sayang, keris pemberian Sultan Mataram hilang tanpa jejak dan tidak ditemukan keberadaannya hingga saat ini.

0 Komentar