CIANJUREKSPRES-Nama Vespa menjadi legenda hidup otomotif dunia termasuk di Indonesia. Merek asal Italia ini terus berevolusi menjadi pabrikan skuter premium dengan lini produk yang cukup lengkap. Kali ini, Carmudi berkesempatan menguji Vespa GTS 150 dan akan kami ulas dalam sebuah review.
PT Piaggio Indonesia menggelar sesi test ride terbatas untuk kalangan media. Mengingat kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang, maka rute yang dilalui pun tidak ditentukan atau dibebaskan, supaya tetap ada social distancing.
Dalam sesi test ride tersebut, Piaggio Indonesia menyediakan beberapa unit, antara lain Vespa Primavera, Vespa S, Vespa GTS, dan Piaggio Medley.
Baca Juga:Honda ADV 160 vs Yamaha Aerox 155 Connected/ABS Mana yang Lebih Canggih?4 Hal Menarik Motor Honda ADV 160 Gaya Para Petualang
GTS mengisi segmen atas dalam keluarga Vespa. Namun, jelas bukan sebanding dengan Vespa 946 yang merupakan model flagship. Untuk pasar Indonesia, Vespa GTS tersedia dalam versi 150 dan 300 cc.
BACA JUGA: Info Terbaru! Motor Zuma 125 rilis di Indonesia?
Spesifikasi Vespa GTS 150
Secara dimensi, Vespa GTS 150 memiliki panjang 1.950 mm, lebar 740 mm, jarak sumbu roda 1.350 mm, dan tinggi sadel 790 mm. Secara angka sih terlihat wajar, namun ketika melihat sosoknya, langsung terlihat skuter berpostur gemuk.
Ciri khas kisi-kisi samping masih tetap ada di cover body sebelah kanan. Kisi-kisi ini dahulu adalah lubang pembuangan udara panas dan ada kipas di balik cover untuk mendinginkan mesin. Sekarang, pendinginan mesin memakai radiator yang posisinya di sisi bawah sebelah kanan, sebelahan dengan knalpot.
Ciri khas Vespa GTS yaitu ada kisi-kisi di balik shield, yang posisinya ada di samping. Pada Vespa GTS 150, dipercantik dengan front tie, chromed horn cover, dan chrome-plated crest.
Dengan harga di atas Rp 50 juta, Vespa GTS 150 jadi motor yang serba nanggung. Sebab, bagasinya juga tidak terlalu besar bila dibandingkan skutik bongsor bikinan merek Jepang. Saat kami coba ukur, bagasinya bahkan tidak muat menyimpan helm half face sekalipun.
Ini karena desain dari panel plastik jok yang cenderung rata, tidak ada coakan untuk mengakomodir desain helm yang cembung ketika disimpan dalam bagasi. Mau tidak mau, kita terpaksa menggantungkan helm pada hook yang ada.