Meski Jumlah Penderitanya Turun, Cianjur Masih Jadi Lokus Stunting Nasional

Meski Jumlah Penderitanya Turun, Cianjur Masih Jadi Lokus Stunting Nasional
KABID Kesehatan Masyarakat Dinkes Cianjur Teni Hernawati
0 Komentar

PEMERINTAH Kabupaten Cianjur hingga saat ini masih dihadapkan persoalan stunting atau gangguan tumbuh kembang anak pada balita. Meski secara data menunjukkan terjadinya penurunan angka stunting, namun secara nasional masih menjadi lokasi fokus atau lokus stunting.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Teni Hernawati mengungkapkan, kondisi stunting di Kabupaten Cianjur dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) oleh Balitbangkes Kemenkes RI pada tahun 2013 berada di angka 41,7 persen. Lalu di tahun 2018 turun cukup signifikan menjadi 33,5 persen.

“Nah pada tahun 2018, kita menerapkan intervensi untuk penanganan stunting yang dilakukan secara konvergensi, kolaborasi, koordinasi dengan berbagai sektor yang ada di Kabupaten Cianjur,” kata Teni kepada Cianjur Ekspres, Kemarin  (11/11).

Baca Juga:Target 70% Vaksinasi Sulit TercapaiPertumbuhan Ekonomi Salah Satu Indikator Kenaikan UMK

Menurutnya, angka stunting di Cianjur pada 2019 kembali turun menjadi 27,5 persen berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) oleh tim ahli yang ditunjuk Kementerian Kesehatan. Namun dirinya mengaku tidak bisa mendapat angka hasil SSGBI tahun 2020 karena datanya hanya untuk pusat.

“Untuk tahun 2020 kami ada SSGBI, SSGBI di tahun 2020 kami tidak bisa mendapat angka karena datanya hanya untuk pusat. Tahun 2021 kami sedang melaksanakan SSGI kembali, sedang berproses jadi angkanya belum bisa kami berikan,” ujar Teni.

Jadi, jelas Teni, pihaknya sampai saat ini masih menggunakan data yang 2019. Dirinya mengungkapkan, saat ini di Cianjur terdapat 50 desa yang ditetapkan sebagai lokus stunting karena jumlahnya stuntingnya yang besar.

“Untuk data BPB (Bulan Penimbangan Balita), sebetulnya angka stunting di bawah 20 persen, secara nasional kita menggunakan datanya yang diakui data Riskesdas dan data SSGBI. Jadi angka kita di 27,5 persen dan kita masih menjadi lokus stunting,” katanya.

Teni mengatakan, berdasarkan data Dinkes Cianjur, angka stunting pada tahun 2019 sebanyak 12.761 anak (6,61%). Lalu di 2020 sebanyak 11.725 (6,38%), Februari 2021 sebanyak 10.541 anak (5,41%) dan Agustus 2021 sebanyak 7.987 anak (4,34%) yang artinya mengalami penurunan.

Menurutnya, upaya yang dilakukan untuk penurunan atau pencegahan stunting di Kabupaten Cianjur sangat banyak. Pertama, komitmen pemerintah sampai ke level tingkat desa maupun RT, RW. “Yang ke dua kita terus melakukan sosialisasi edukasi kepada masyarakat, lalu kita juga melatih kader kader pembangunan manusia (KPM) yang kita jadikan sebagai kader stunting, mereka mendampingi antara keluarga dengan balita agar jangan sampai ibu hamil atau balita ini menjadi stunting,” ujar Teni.

0 Komentar