Saat itu, pelatih mereka mengumpulkan para pemain di satu tempat yang tidak tergenang air di dalam gua itu. Sang pelatih mengarahkan para remaja itu untuk tetap tenang. Padahal sama sekali tidak ada makanan. Mereka hanya minum dari air yang menetes di dalam gua. Mereka dibuat yakin akan ada penolong yang datang. Yang ternyata baru bisa masuk gua di hari ketiga.
Di kapal selam itu sebaliknya. Banyak makanan dan minuman. Cukup. Tapi kemungkinan kedatangan tim penolong sangat kecil.
Mereka tahu Indonesia tidak punya kapal penolong kapal selam. Singapura punya satu buah. Malaysia punya satu buah. Demikian juga negara-negara yang punya kapal selam.
Baca Juga:Hari Kesiapsiagaan Bencana 2021, Plt Bupati Cianjur Ajak Masyarakat Tingkatkan Budaya Sadar BencanaImbas Pengetatan Mudik 2021, Omset Anjlok, Pengusaha Travel dan Jasa Perjalanan Terancam Tak Bisa Bayar THR
Maka komandan kapal selam itu, Heri Oktavian, letnan kolonel pelaut, menjadi penentu apa yang masih bisa dilakukan. Semua akan tunduk pada komandan.
Bayangan saya, mereka terus mengusahakan apa pun yang masih bisa diperbaiki. Sampai pun hari ketiga daya oksigen itu habis. Dengan tenang. Tanpa kepanikan. Siapa tahu detik terakhir kapal itu bisa bergerak lagi.
Bayangan saya yang lain, semua prajurit berdinas di tempat masing-masing. Terutama merawat persenjataan. Seolah mereka sedang berada di medan tempur. Mereka tahu akan meninggal. Tapi mereka juga tahu harus meninggal di medan pertempuran –bukan di tempat tidur.
Itulah jiwa prajurit.
Maka saya setuju mereka itu meninggal dalam status sedang bertempur. Kelak, kalau kapal itu ditemukan, akan diketahui di mana saja posisi 53 prajurit itu. Apakah semua di tempat tidur atau di tempat tugas masing-masing. Atau di tempat yang lain.
Mungkinkah kapal itu ditemukan?
Tentu sangat mungkin. Singapura, Malaysia dan Tiongkok sudah mengirim kapal khusus untuk mencarinya.
Kapal jenis itu tidak bisa diharapkan tiba sebelum oksigen habis. Perjalanan dari Singapura ke kawasan Bali Utara memerlukan waktu tiga hari. Itu bukan kapal cepat. Apalagi dari Hainan di Tiongkok.
Kapal penolong itu membawa ‘kapsul’ berisi 6 orang –ada ‘kapsul’ sejenis yang berisi 8 orang. Kapsul itu diturunkan dari kapal untuk ditenggelamkan menuju lokasi kapal tenggelam.