“Kalau pendapat saya, pengadaan nasi kotak itu dapat dilakukan apabila masyarakat terdampak covid-19 yang berbasis data sejumlah 40 persen dari jumlah penduduk yang sudah terpenuhi. Akan tetapi, faktanya hingga saat ini warga yang sudah didata, baik oleh RT/RW dan desa dan dibantu para relawan belum sepenuhnya mendapat bantuan sosial,” kata Saeful saat dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (29/4/2020).
Dia menjelaskan, data 40 persen tersebut berdasarkan hasil dari perhitungan Provinsi Jabar. Di antaranya 25 persen warga miskin ditambah 15 persen warga miskin baru.
“Setidaknya pemerintah akan mengalokasikan bantuan terhadap 40 persen ke warga yang terdampak. Namun sesungguhnya perhitungan ini pun dirasa masih kurang, karena yang terdampak bisa lebih dari 50 persen,” paparnya.
Menurutnya, banyak warga miskin baru yang disebabkan terdampaknya Covid-19. Sedangkan bagi mereka warga yang sudah terdaftar, sebaiknya segera dituntaskan dan harus menjadi skala prioritas.
“Bantuan sosial ini, haruslah sejalan dengan alokasi kebutuhan Sembako. Yang mana jumlah kebutuhan sehari-harinya dan atau setidak-tidaknya dapat mencukupi kebutuhan pangan harian. Sebagaimana yang sudah direncanakan pemerintah pusat, dan provinsi, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial,” kata Saeful.
Dia mengatakan, pengadaan dapur umum yang dilakukan Pemkab Cianjur menurutnya tidak efektif. Selain itu, juga akan beresiko rawan terjadinya pengumpulan orang, hal ini tentu bertentangan dengan penerapan physical distancing itu sendiri.
Baca Juga: PKS Cium Ada Pihak Sengaja Buat Gaduh Bansos Covid-19 di Jabar
Saeful mengatakan, Pemkab Cianjur harus adil dalam menyalurkan bantuan sosial, dan harus sesuai basis data yang telah masuk ke gugus tugas melalui dinas sosial dan jaringan relawan desa yang hingga saat ini belum direalisasikan.
“Masyarakat menunggu bantuan dari pemerintah melalui Pemkab Cianjur. Dan saya harap Plt Bupati bisa langsung memeriksa keadaan masyarakat di level bawah, bagaimana keadaan pangan mereka. Nasi kotak hanya bisa bertahan saat itu saja, dan belum tentu bisa dinikmati oleh semua usia dalam keluarga. Bagaimana kalau ada bayi? Jadi alangkah baiknya bila bantuan itu bentuknya sembako, dengan begutu bisa di olah sendiri dan dirasa akan lebih efektif,” kata Saeful.