Ketahanan Pangan Mulai Terancam

Ketahanan Pangan Mulai Terancam
PESAWAHAN KRITIS: Pembangunan kawasan perumahan dan pabrik di atas lahan sawah di Cianjur, mengancam ketersediaan lahan padi produktif untuk ketahanan pangan.DOK/CIANJUR EKSPRES
0 Komentar

 
CIANJUR, cianjurekspres.net – Menjamurnya kawasan permukiman perumahan dan pabrik di atas lahan sawah mengancam ketersediaan lahan padi produktif untuk ketahanan pangan. Menyikapi kebutuhan permukiman seiring bertumbuhnya penduduk, membuat Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur harus melakukan revisi tata ruang.
Plt Kasi Perencanaan Tata Ruang dan Investasi Bapedda Kabupaten Cianjur, Teddy Jantapraja mengatakan, Kabupaten Cianjur telah ditunjuk pemerintah pusat sebagai satu kabupaten yang mendukung ketahanan pangan nasional dan harus memiliki ketersediaan lahan sawah seluas 66 ribu hektare.
Luasan sawah tersebut saat ini mencakup sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, sawah rawa-rawa, dan sawah pinggiran sungai. “Jika melihat luasan jumlah dari angka semuanya sudah menutupi target yang dikeluarkan dari pusat. Dilematisnya saat ini pemerintah juga memerlukan investasi lain untuk menunjang PAD yang menggunakan lahan juga, walhasil kami harus melakukan revisi tata ruang,” kata Teddy, belum lama ini.
Teddy mengatakan, pembuatan cetak sawah baru yang dikerjasamakan dengan TNI merupakan program pendukung ketahanan pangan seiring dengan menyusutnya lahan sawah di daerah lain karena pembangunan permukiman perumahan dan pabrik.
“Jadi dari target yang diberikan pemerintah pusat untuk Cianjur sebesar 66 ribu hektare, saat ini data yang ada Cianjur memiliki luasan sawah 66 ribu lebih sedikit,” katanya.
Teddy mengatakan, idealnya untuk tetap mempertahankan target ketersediaan lahan sawah yang diberikan pemerintah pusat, saat ini seharusnya pembangunan yang menggunakan lahan sawah produktif dihentikan dulu sampai ada kebijakan baru setelah revisi tata ruang selesai.
Menurutnya, luasan sawah yang ada saat ini pun sifatnya masih fluktuatif karena sawah tadah hujan, sawah rawa-rawa di musim kemarau banyak diganti dengan tanaman palawija. Segmen pertanian pun harus konsisten dan berkelanjutan mempertahankan area sawah produktif sebagai daya dukung ketahanan pangan nasional. “Kalau tata ruang memang perlu direvisi karena perlu investasi dan ketahanan pangan juga,” katanya.
Selain menyoal ketahanan pangan, Bapeda juga menyoroti Masalah mitigasi bencana jangan sampai investasi terhambat karena salah memetakan tata ruang di tempat rawan bencana. “Cianjur dan Jabar rawan bencana, jadi kami memerlukan mitigasi bencana dalam hal menempatkan investasi,” katanya.

0 Komentar