CIANJUR, Cianjur.jabarekspres.com – Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Bencana (Pusdiklat PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kheriawan menilai jika kesiapsiagaan dan mitigasi bencana Kabupaten Cianjur masih kurang.
“Dua hal itu masih perlu ditingkatkan. Begitu juga simulasi, sehingga ketika terjadi bencana, pemerintah maupun masyarakat sudah siap menghadapi bencana,” ungkap Kheriawan saat ditemui di Pendopo Kabupaten Cianjur, beberapa waktu lalu.
Dirinya melihat, di Cianjur masih banyak rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar lereng-lereng. Padahal diketahui, kontur tanah di Cianjur relatif gembur sehingga rawan longsor.
Baca Juga:Polres Cianjur Tangkap Tiga Tersangka Polisi Gadungan: Terinspirasi Reality Show Banyak Laporan Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN, KIPP: Preseden Buruk bagi Demokrasi Cianjur
“Maka dari itu, upaya pencegahan lintas sektoral sangat penting untuk dilakukan. Dan ini bukan hanya tangung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat, media, akademisi, bahkan dunia usaha,” ungkapnya.
Selain itu, pemerintah juga dianggap perlu meningkatkan kapasitas kesiap siagaan bencana yang tidak hanya bisa dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Setiap daerah itu harus memiliki rencana kontijensi (contingency plan). Karena ancaman yang bisa saja terjadi ke depannya ada banyak, bisa gempa bumi, banjir, longsor, dan lainnya. Kita harus siap sebelum itu semua terjadi melibatkan semua stakeholder,” jelas Kheriawan.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Cianjur sudah mulai banyak belajar untuk merangkum rencana kontijensi, khususnya pascagampa bumi pada 21 November 2022 silam.
“Mereka sduah mulai menyusun beberapa rencana kontijensi (renkon). Namun kita akan terus mendorong agar tidak hanya renkon gempa saja, karena ancaman bencana di Cianjur ini cukup tinggi,” jelasnya.
Dengan melengkapi renkon, lanjut Kheriawan, maka pemerintah dan masyarakat pun sudah siap dalam tugas dan sumber dayanya masing-masing dalam menghadapi bencana.