CIANJUREKSPRES – Jemaah haji asal Jawa Barat baik dari embarkasi-debarkasi JKS (Jakarta-Bekasi) maupun KJT (Kertajati) berangsur meninggalkan Kota Makkah.
Jemaah haji gelombang II berangkat untuk menjalani ibadah di Kota Madinah, sedangkan jemaah haji gelombang I berangkat menuju Tanah Air melalui King Abdul Aziz International Airport di Jeddah.
Berdasarkan jadwal kepulangan, empat kloter terakhir asal Jabar gelombang I, yakni KJT 9, JKS 36, JKS 37, dan JKS 38 meninggalkan Kota Makkah pada 17 Juli 2023. Lainnya berangsur ke Kota Madinah.
Baca Juga:3 Tempat Wisata Terbengkalai di Bandung Cocok Untuk Uji NyaliTempat Wisata Di Bandung Barat Yang Menyajikan Pemandangan Indah
Dengan demikian, Mahbas Jin yang selama ini menjadi kawasan pemondokan jemaah haji Jabar di Kota Makkah pun semakin sepi.
BACA JUGA: 4.791 Calon Siswa SMA/SMK di Jabar Dibatalkan Kepesertaannya
Jemaah Haji Jabar Tinggalkan Mahbas Jin
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Sektor 1 Bagian Transportasi Elpi Nazmuzaman mengatakan, setelah melaksanakan rangkaian puncak ibadah haji di Kota Mekkah dan Arafah-Muzdalifah-Mina, seluruh jemaah haji sedunia, termasuk Jabar berangsur meninggalkan Kota Makkah.
“Setelah jemaah melakukan kegiatan utama di Arafah, Muzdalifah, Mina, dan Tawaf Ifadah, maka jemaah istirahat beberapa hari di Kota Makkah,” kata Elpi di Kota Makkah, Minggu (16/7/2023).
Kemudian jemaah gelombang II, yaitu yang pertama kali tiba di Makkah akan melanjutkan kegiatan ke Madinah untuk melakukan kegiatan salat, ibadah, dan juga ziarah ke Makam Rasulullah SAW, kurang lebih delapan hari difasilitasi oleh pemerintah.
Lebih lanjut Elpi menuturkan, sebagian jemaah haji Jabar yang masuk gelombang I, yaitu jemaah haji yang langsung mendarat dan beribadah di Kota Madinah selama delapan hari, kemudian berkegiatan di Kota Makkah sekitar sebulan berangsur bergerak pulang ke Tanah Air melalui King Abdul Aziz International Airport.
Selama masa pergerakan jemaah haji ke Kota Madinah dan kepulangan ke Tanah Air ditemukan sejumlah tantangan, yakni dari mulai menata pengiriman koper jemaah sehari sebelum keberangkatan sampai keberangkatan jemaah menggunakan bus dan pesawat.
“Untuk kepulangan, tantangannya adalah air zam-zam tidak boleh dibawa ke dalam koper. Jadi masih ada jemaah yang entah terinspirasi siapa, botol berisi air zam-zam dibungkus lakban dan plastik kemudian dimasukkan ke koper. Berdasarkan pengalaman 100 persen itu terdeteksi oleh X- ray sehingga dari koper yang sudah dikirimkan oleh jemaah itu dibongkar lagi oleh petugas bandara,” katanya.