Budaya Mamaos Cianjuran, Syiar Dalam Lantunan Indah

Mamaos cianjuran
Doc : Mamaos cianjuran
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Mamaos atau tembang cianjuran adalah seni vokal Sunda dengan iringan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab. Budaya asli Kota Taoco ini pertama kali ciptakan Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat atau dengan sebutan Dalem Pancaniti.

Di wilayah Cianjur, kesenian ini dikenal dengan nama mamaos yang berarti bacaan. Mamaos Cianjuran merupakan sebuah seni tradisi yang menggambungkan permainan kecapi dengan pembacaan kisah-kisah adiluhung.

Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang menggunakan pola pupuh telah banyak, masyarakat di luar Cianjur (dan beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang Sunda atau tembang Cianjuran.

Baca Juga:Filosopi Tiga Pilar Budaya Cianjur yang Penuh MaknaReview Livery Bussid Truck Canter Anti Gosip yang Memikat!

Nama tembang sunda cianjuran mulai gunakan sejak tahun 1930-an. Nama itu kemudian kukuhkan tahun 1962 ketika adakan Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan di Bandung.

Pada 1930-an, Radio NIROM Bandung menyiarkan kesenian ini dan menyebutnya dengan nama tembang Cianjuran.

Sejarah Singkat Mamaos

Cikal bakal mamaos adalah seni pantun di era Kerajaan Pajajaran. Pada masa itu, seni pantun atau syair tembang tujukan sebagai doa berdasarkan kepercayaan yang dianut masyarakat Sunda saat itu.

Namun, oleh Dalem Pancaniti, seni pantun itu kemudian kembangkan menjadi seni mamaos dengan iringan alat musik berupa kecapi indung (kecapi besar) dan kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling.

Berbeda dengan pantun Sunda, syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya. Mamaos juga digunakan Dalem Pancaniti untuk menyiarkan agama Islam.

BACA JUGA : Asal Mula Terciptanya Nama Kota “Cianjur”

Awalnya kesenian ini hanya menyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20, mamaos bisa pelajari oleh kaum wanita.

Hal itu terbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.

Baca Juga:Cara Membuat Mod Livery Bussid Jernih, Kamu Harus Coba!Panduan Praktis Memasang Livery Bussid Yudistira HD dengan Mudah!

Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun, beluk, degung, serta tembang macapat Jawa yang sebut pupuh. Lagu-lagu mamaos yang mengambil dari vokal seni pantun namakan lagu pantun atau papantunan, atau sebut pula lagu Pajajaran. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh menyebutnya tembang.

0 Komentar