CIANJUREKSPRES – Hari raya Idul Adha memang identik dengan tradisi nyate, bahkan hampir semua orang di setiap daerah melakukan tradisi tersebut. Ternyata asal mula tradisi nyate memiliki makna yang mendalam.
Idul adha adalah ibadah penyembelihan hewan kurban untuk kaum muslimin dan biasanya setelah akan membuat sate dari daging kurban tersebut.
Sate merupakan olahan praktis yang tidak membutuhkan banyak persiapan hanya membuat bumbu kecap atau bumbu kacang, kemudian membakarnya sampai matang.
Baca Juga:Sejarah Takbiran Berasal dari Sebuah PercakapanSerba Serbi Idul Adha, Makna Malam Takbiran
Sebelumnya masyarakat Indonesia mengolah daging dengan cara merebusnya saja. Lalu berkembang menjadi kebab masakan khas Timur Tengah, sehingga orang pribumi suka makan daging dengan cara membakarnya.
Ini awal mula sate berkembang di seluruh Indonesia, sate berasal dari bahasa Tamil “catai” yang artinya daging.
Untuk daerah Madura makna bakar sate saat Idul Adha yakni untuk menjalin kebersamaan. Ada yang berkumpul di halaman rumah atau di sebuah lahan untuk membakar sate.
Tapi yang pasti, semua orang bahu-membahu membuat sate paling lezat. Ada yang meracik bumbu, ada juga yang mengiris daging dan menusuknya menjadi sate. Ini yang menimbulkan kekompakan antarwarga.
Maka dari itu tradisi nyate bukan hanya sekedar mengolah daging kurban, ternyata memiliki tujuan yang sangat mulia yang harus tetap terjaga dengan baik dari generasi ke generasi selanjutkan.