CIANJUREKSPRES — Tito Zeni Asmara Hadi, cucu Inggit Garnasih tak bisa menutupi rasa bangga dan bahagianya melihat Plaza Monumen Sukarno mulai dibangun di Taman Saparua, Kota Bandung, Rabu (28/6/2023).
Tito bersama keluarga besar Inggit Garnasih hadir saat peletakan batu pertama Plaza Monumen Sukarno.
Saat ini patung setinggi 22,3 meter sedang dibuat Dunadi, seniman asal Yogyakarta, dan akan dikirim ke Bandung begitu selesai tiga sampai empat bulan dari sekarang.
Baca Juga:Yuk intip, 3 Tradisi Unik Prayaan Idul Adha di IndonesiaYuk Intip Jadwal dan Bacaan Niat Puasa Arafa 2023
Menurut Tito, perjuangan Bung Karno tidak bisa lepas dari Kota Bandung. Sukarno muda lulus dari Teknik Sipil ITB pada 1926 dan menjadi arsitek. Seperti sudah ditakdirkan Tuhan, Sukarno kemudian menjadi “arsitek” bangsa Indonesia.
“Sudah sepantasnya monumen ini berdiri di Bandung, karena perjuangan awal Bung Karno dengan lulus sebagai arsitek di ITB dan juga perjuangan awal beliau menjadi ‘arsitek’ bangsa ini,” ujar Tito ditemui di acara _Groundbreaking Plaza Monumen_ DR. (HC), Ir. Soekarno di Taman Saparua.
Tito menilai pembangunan Monumen Bung Karno sebagai apresiasi dari bangsa Indonesia terhadap sosok Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan lepas dari penjajahan Belanda.
“Ini sebuah apresiasi, penghargaan dan penghormatan kepada sosok Bung Karno. Saya bangga akan ini,” ungkap Tito.
Tito merasa dengan pembangunan monumen maka nama Inggit Garnasih yang merupakan istri kedua Sukarno dengan sendirinya akan terangkat kembali.
“Sosok Inggit Garnasih tidak bisa lepas dari perjuangan Bung Karno. Tetapi kalau masalah ada atau tidaknya nanti di monumen ini catatan tentang Inggit, saya tidak bisa mengusulkan, terserah yang membangunnya saja,” sebut Tito.
Tito berharap, mendatang ada juga monumen tentang Inggit Garnasih di Bandung, baik itu berupa patung atau yang lainnya.
Baca Juga:Inspektorat Daerah Provinsi Jabar Selesaikan Aduan Kasus Pungli PPDBSeluruh Jemaah Jabar Sudah Tiba di Arafah
“Sekarang _kan_ sudah diabadikan dengan nama jalan, klinik lansia, kemudian rumah peninggalan Bu Inggit yang dirawat. _Ya,_ mungkin ke depannya bisa juga dibuat menumennya,” harap Tito.