Tetapi sejak Maz Bartels yang meneruskan E Stresemaann – ahli burung dari Belanda dan Jerman – yang meneliti lebih dalam di awal abad ke 20, elang Jawa lalu nyatakan sebagai spesies terpisah. Sebagai bentuk penghormatan, atas jasa Bartels yang menganggap ia sebagai penemu, pada 1907 spesies elang baru ini menamai bartelsi.
Dalam berbagai literatur sebaran Elang Jawa di Pulau Jawa memang luas, penelitian menyebutkan burung ini jumpa di Jawa Tengah seperti Daratan Tinggi Dieng, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu. Sementara di Jawa Timur, dijumpai di Gunung Bromo, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri.
Tetapi bedasarkan catatan LSM Raptor Conservation Society (RSC) Jawa Barat dan Banten pada 2007, separuh dari total populasi yaitu 700-800 induvidu elang jawa menetap di 2 provinsi di sebelah barat Jawa itu. Tetapi penyebaran elang jawa kini hanya terdapat di hutan dataran tinggi. Pasalnya kondisi ini terjadi karena banyak hutan dataran rendah yang hilang. Padahal dalam literatur, pada awal 1990 an banyak yang menyebut elang jawa juga ada di dataran rendah.
Baca Juga:Wow! Putri Ariani Tembus Jutaan Penonton YoutubeSistem Kelistrikan KCJB Sudah Siap
Elang Jawa Terancam Punah
Sementara itu populasi elang jawa yang menyatakan sebagai simbol nasional oleh Peraturan Pemerintah No. 4/1993 ini sulit naik karena sedikitnya telur yang menetas. Bayangkan para betina dewasa hanya mampu bertelur sebutir tiap 2 tahun.
Walau tergolong populasi yang minim, elang jawa dan kelompok elang lain bisa menjadi indikator lingkungan. Elang memang umumnya hidup di hutan alami yang masih jauh dari sentuhan tangan manusia. Saking sensitifnya terhadap perubahan, burung ini bisa berpindah tempat ketika mencium kehadiran manusia.