Lahirnya Burung Elang Jawa
Sebelumnya, BBTNGGP mengumumkan temuan anak Elang Jawa di wilayahnya. Anak Elang Jawa itu baru berusia 10 hari. Kepala Balai Besar TNGGP, Sapto Aji Prabowo menyatakan kelahiran anak elang jawa ini telah menambah populasi satwa langka yang dilindungi di TNGGP.
“Kawasan ini memiliki ekosistem yang baik serta mendukung perkembangbiakan alami elang jawa yang secara sejarah telah menjadi inspirasi Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia. Sejak 2015, kami mencatat 16 sarang elang jawa aktif di kawasan taman nasional ini yang terdiri atas 6 sarang di Wilayah Cianjur, 5 Sarang di Sukabumi, dan 5 sarang di Bogor” ucap sapto.
Sarang burung ini berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah.
Baca Juga:Wow! Putri Ariani Tembus Jutaan Penonton YoutubeSistem Kelistrikan KCJB Sudah Siap
Elang Jawa senang hidup di pohon yang tinggi menjulang yang dapat karena untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Umumnya sarang berada di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai curam dengan dasar lembah memiliki anak sungai. Hal ini berhubungan dengan kesempatan memperoleh mangsa dan memelihara keselamatan anak.
Sementara itu satwa ini berspesialisasi hidup di kawasan berlereng. Meski memiliki bola mata yang kecil, burung ini mempunyai tatapan tajam untuk menaklukan mangsa.
Dari pengamatan, Elang Jawa bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh sekitar 50-70 cm). Namun, bentangan sayapnya, bisa berukuran dua kali tubuh burung ini, sekitar 110-130 cm.
Hewan ini memangsa berbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan ayam kampung. Mamalia berukuran kecil seperti tupai, bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.
Dari atas ketinggian, elang akan mengikuti gerak-gerik mangsa. Lalu dengan sigap dan tangkas, dia akan menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun di atas tanah. Mulai dari tupai, bajing, kalong, musang sampai anak monyet akan menjadi santapannya.
Identifikasi Elang Jawa
Pada tahun 1898 seorang bernama EP Rillwitz mengirim spesimen elang jawa dari Gunung Gede, Jawa Barat ke Amerika Serikat. Ia punya kepentingan karena menganggap elang itu istimewa, pasalnya memiliki jambul. Pada awalnya kurator di museum New York mengindentifikasi sang elang sebagai elang brontok.