CIANJUREKSPRES- Tata Cara Sholat Idul Fitri ini bisa kamu pahami supaya kamu nggak bingung nantinya. Setelah berpuasa satu bulan selama Ramadhan, umat Islam akan berjumpa dengan Hari Kemenangan, Idul Fitri.
Salah satu anjuran umat Muslim pada hari Idul Fitri adalah melaksanakan shalat id.
Hukum shalat ini adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) sejak disyariatkanya pada tahun kedua hijriah.
Baca Juga:Resep Membuat Ketupat Ala RumahanBudaya Mudik Saat Lebaran di Indonesia
Dikutip dari Fikih Lebaran oleh Muhammad Abduh Tuasikal, berikut tata cara sholat Idul Fitri.
- Sholat Idul Fitri terdiri dari dua rakaat.
- Sholat Idul Fitri dimulai dengan niat dan takbiratul ihram (ucapan “Allahu Akbar” di awal).
- Cara melakukan sholat Idul Fitri sama dengan melakukan sholat lainnya.
- Setelah takbiratul ihram membaca doa iftitah (istiftah) sebagaimana sholat lainnya.
- Setelah membaca doa iftitah, melakukan takbir tambahan (zawaid) sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama (selain takbir untuk takbiratul ihram dan takbir turun rukuk). Sedangkan pada rakaat kedua, melakukan takbir tambahan sebanyak lima kali (selain takbir bangkit dari sujud dan takbir turun rukuk).
Takbir tambahan (zawaid) ini hanya sunnah hay’at, sehingga kalau luput tidak mesti diulangi. Jika ada makmum yang masbuk saat takbir zawaid, cukup mengikuti sisa takbir yang ada tanpa qadha’ takbir.
Jika imam hanya bertakbir zawaid enam kali di rakaat pertama atau tiga kali di rakaat kedua, imam tetap boleh diikuti, makmum disunnahkan tidak menambah dari takbir yang kurang tadi.
- Setiap kali takbir zawaid disunnahkan mengangkat tangan. Setelah itu disunnahkan di antara dua takbir tambahan meletakkan tangan kanan di depan tangan kiri di bawah dada sebagaimana bersedekap setelah takbiratul ihram.
- Di antara takbir zawaid (tambahan), disunnahkan berhenti sejenak sekadar membaca satu ayat pertengahan. Saat itu bisa membaca takbir atau mengagungkan Allah.
Bacaan yang paling bagus di antara takbir zawaid adalah: Subhanallah Wal Hamdu Lillah Wa Laa Ilaha Illallah Wallahu Akbar. Bacaan ini disebut al-baqiyaatush shaalihaat (amalan yang kekal) sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.