Bahaya Hustle Culture! Kerja Boleh Jangan Lupakan Kehidupanmu

Bahaya Hustle Culture! Kerja Boleh Jangan Lupakan Kehidupanmu
Bahaya Hustle Culture! Kerja Boleh Jangan Lupakan Kehidupanmu
0 Komentar

CIANJUREKSPRES– Apakah kamu terus bekerja hingga hampir tidak memiliki waktu untuk diri sendiri? Atau kamu pernah merasa insecure melihat temanmu karirnya bagus sementara hidupmu terasa biasa-biasa aja?

Itulah fenomena yang sedang marak saat ini yaitu Hustel Culture atau gila kerja suatu keadaan bekerja terlalu keras dan mendorong diri untuk melampaui batas kemampuan hingga akhirnya menjadi sebuah gaya hidup.

Seorang hustle culture akan sangat perfeksionis dan memastikan segala pekerjaan selesai sesempurna mungkin sekalipun ini akan merenggut sebagian besar waktu istirahat mereka.

Baca Juga:Sekolah Pertama di Indonesia: Taman Siswa Ki Hajar DewantaraPeraturan Unik Sekolah di Dunia, Indonesia Juga Ada Lho

Pada dasarnya kerja keras itu adalah hal yang baik namun jika dilakukan berlebihan bahkan sampai melampaui batas maksimal diri akan menjadi hal yang buruk baik untuk fisik maupun mental.

Dengan kata lain, seorang hustle culture menganggap tiada hari tanpa bekerja, hingga tidak ada waktu untuk istirahat dan kehidupan pribadi. Bahkan saat liburpun akan tidak nyaman jika tidak bekerja dan menganggap diri tidak produktif.

Orang yang terjebak dalam hustle culture tidak akan menyadari hal itu tertanam dalam dirinya. Akibatnya mereka tidak dapat lagi mengenali respons negatif tubuh yang menginginkan istirahat. Beberapa orang menganggap bahwa menerapkan hustle culture akan menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan.

Tak hanya itu mereka akan melupakan kebutuhan pribadinya, seperti berinteraksi bersama orang lain, menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga, atau bahkan membangun sebuah keluarga dan merasakan sebuah cinta dan kasih sayang.

Karena seseorang yang sudah terjerat dalam Hustle Culture akan menganggap hal itu tidak penting, dimainset mereka hanya ada kerja, kerja, dan kerja untuk kesuksesan dan memenuhi keinginan mereka dalam segi material.

Dalam sebuah contoh terjadi pada seorang perempuan yang terjebak Hustle Culture dari mulai sekolah berambisi untuk selalu berprestasi begitu juga di perkuliahan, saat berkerja pun selalu ingin menjadi yang terbaik dari rekan kerjanya.

Dengan memiliki karir yang bagus serta uang yang banyak perempuan bisa melakukan apapun sendiri, membeli barang-barang yang di inginkan, jalan-jalan, dan hal lainnya.

0 Komentar