CIANJUREXPRESS – Buku Garis Waktu bukanlah novel, melainkan berisi tulisan-tulisan atau prosa yang memiliki alur dan disusun sedemikian rupa.
BACA JUGA: Review Buku Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah
Buku Fiersa Besari Terpopuler
Tulisan-tulisan di buku ini sangat menarik membacanya dan mewakili apa yang orang-orang rasakan. Garis Waktu dituliskan dengan format surat-surat yang berisi tentang rentetan cerita.
1. Garis Waktu
Cerita yang dituang dalam buku ini merupakan uraian dari perasaan tokoh aku (diri sendiri) dan kau (perempuannya). Cerita atau surat-surat tersebut disusun berdasarkan kronologis, mulai dari April tahun pertama sampai Maret tahun kelima.
Baca Juga:Pelaku Pembunuhan Berantai Nafkahi Istri 1,5 Juta PerbulanViral di Tiktok ini Lirik Lagu Suwung – Heyek Crew lengkap dengan Terjemahan
Semuanya berjumlah 49 surat termasuk prolog dan juga epilognya. Surat-surat tersebut memuat curahan hati tokoh aku, mulai dari perkenalan, kasmaran, lalu patah hati, belajar ikhlas untuk melepaskan sampai hanya menjadi sebuah kenangan.
Tokoh aku di sini hanya disibukkan dengan kegiatan sehari-hari yang monoton, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Namun, sosok aku ini akhirnya bertemu dengan sosok kau yang tiba-tiba memberi warna pada hidupnya. Hal ini dijelaskan pada halaman 8 dari buku Garis Waktu.
“Kau menjadi seseorang yang memporak-porandakan jagat rayaku. Dengan cara yang termanis, kau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal, yang cepat atau lambat akan berakhir.”
Mereka bertemu dengan cara yang sederhana, meskipun tidak diceritakan secara pasti. Waktu demi waktu, tokoh aku menjadi dimabuk cinta oleh tokoh kau. Hubungan mereka semakin erat.
“Tanpa mau bertanggung jawab, kau tinggalkan aku termabuk sendirian. Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya. Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi.”
Ketika itu, tokoh aku berpikir bahwa dia telah berhasil menetap di hati tokoh kau. Namun, ternyata ia salah besar, bukan tokoh aku yang menempatkan posisi spesial di hati tokoh kau, namun ada tokoh lain yaitu dia.
Tokoh kau menganggap tokoh aku hanya sebagai teman berbagi, teman untuk mencurahkan isi hati dan pikirannya, seperti tempat pelampiasan. Di sini seperti diceritakan bahwa tokoh aku saat itu tidak berani menyatakan perasaaan.