Ciri Anak Korban Pencabulan, Sering Bangun di Malam Hari

korban pencabulan
Image by Gerd Altmann from Pixabay
0 Komentar

CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur, Lidya Umar mengatakan, masih banyak orangtua yang anaknya menjadi korban pencabulan tidak melapor karena merasa malu. Terlebih anaknya masih di bawah umur.

“Selain malu, mereka (orang tua) juga merasa kalau melapor ke polisi itu ribet, harus membayar dan segala macam. Padahal kenyataannya tak seperti itu,” ujarnya saat dihubungi Rabu (18/1/2023).

Akibat pelecehan, lanjut Lidya, anak yang menjadi korban pencabulan mengalami trauma hebat berkepanjangan. Dari penuturannya, anak tersebut akan sering terbangun pada malam hari karena ketakutan.

Baca Juga:Menyantap Nasi Liwet Jantung Pisang Sambil Memandang Samudra HindiaCianjur Masuk Zona Tertinggi Rawan Pemilu

“Seperti pada kasus pencabulan oleh kakeknya yang terjadi di Kecamatan Haurwangi. Mereka (korban) sangat depresi karena pencabulannya terjadi beberapa kali. Dari keterangan orangtua korban, anaknya jadi sering bangun malam, teriak takut. Mereka trauma,” ungkap Lidya.

Dirinya juga menyebutkan, semua pelaku pelecehan atau kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur di Cianjur, adalah orang-orang terdekatnya.

“Miris ya, di Cianjur ini pelecehan justru pelakunya adalah orang terdekat. Ada ayah kandung, ayah tiri, kakeknya, amang (paman), uwanya. Pelaku-pelaku ini akan mudah melakukan pelecehan karena anak merasa dekat dengan mereka,” kata Lidya.

“Anak-anak akan diiming-imingi dulu, diberi jajanan, kemudian mudah disuruh-suruh. Seperti yang di Haurwangi ini kan korbannya diajak jajan dulu, setelah itu baru melakukan aksinya,” sambungnya.

Menurut Lidya, banyak juga orang tua yang tak paham jika anaknya sudah jadi korban pelecahan seksual. Di saat anak mengeluh, orangtua justru menganggap hal tersebut bukan masalah serius.(mg1)

0 Komentar