Menurutnya, digitalisasi juga efektif untuk mendukung pemimpin mengambil keputusan untuk warga.
“Lewat digitalisasi, kami membuat konsep rural digital untuk membuat digital ekonomi inklusif. Di Jawa Barat, kami sudah memberi makan ikan dan ternak menggunakan telepon genggam. Kami telah ada di titik itu dalam transformasi digital,” ucapnya.
Distraksi berat lainnya adalah pascapandemi. Di Jabar, Kang Emil menyebut kehilangan sedikitnya 14.000 orang akibat Covid-19. Namun, dia berbahagia dengan upaya pengendalian tercatat kurang lebih 200 orang terpapar Covid-19 dari 50 juta warga Jabar.
Baca Juga:Uu Berharap Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Diharapkan Beri Pelayanan PrimaScudetto di depan Mata, Ini Skenario AC Milan Jelang Lawan Sassuolo
“Bisa Anda bayangkan saya harus mengelola 50 juta orang. Saya harus meyakinkan jutaan orang untuk vaksinasi, tetapi ini juga berkah karena Tuhan memberi kesempatan saya menjadi pemimpin saat menghadapi krisis pandemi,” ungkapnya.
Tahun ini, Emil menuturkan, Indonesia yang memiliki hampir 300 juta penduduk menjadi tuan rumah pertemuan G-20.
Forum 20 negara yang menguasai separuh ekonomi dunia ini sangat penting, agar semua pihak memiliki pemahaman bersama yang lebih baik.
“Kami mengundang semua yang ada di sini untuk menjadi bagian dari dialog, khususnya di tengah perang antara Ukraina dan Rusia. Semoga perdamaian bisa mengakhiri perang ini,” kata Emil.
Pembicara lainnya, Menteri Infrastruktur Berkelanjutan dan Mobilitas Italia Enrico Giovannini mengemukakan, bukan perkara mudah mengubah dunia yang sedang berubah. Apalagi, kini terjadi dengan situasi dramatis di Ukraina, seiring meningkatnya ketegangan di seluruh dunia.
Hanya saja, meski sulit, bukan berarti tak ada jalan. Kondisi ini menjadi kesempatan menunjukkan cara pikir baru untuk bisa membuat perubahan.
“Kepemimpinan nyata, seperti Gubernur Jawa Barat di Indonesia yang menjadi tuan rumah G-20 juga menerapkan prinsip berkelanjutan. Ini menjadi modal baik untuk menjalin banyak langkah nyata dengan berbagai negara untuk dunia lebih baik,” kata Enrico Giovannini. (*/nik)