Dijelaskan Harimat, adenovirus sering menular dari orang ke orang dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, sebagaimana juga melalui jalur respirasi. Berdasarkan hal tersebut, maka cara yang efektif untuk meminimalisir penyebaran adenovirus adalah mempraktekan higiene tangan dan respirasi, serta melakukan edukasi mencuci tangan pada anak.
Cuci tangan dengan air dan sabun menurut Harimat, merupakan pencegahan yang terbaik untuk berbagai penyebaran infeksi termasuk adenovirus, menjaga jarak dengan orang sakit batuk dan bersin, serta mengajarkan anak cara batuk dan bersin yang benar. Anak-anak yang sedang sakit disarankan untuk tinggal di rumah sampai gejalanya hilang dan dinyatakan sehat untuk bisa kembali ke sekolah.
Peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Korri El Khobar menjelaskan, deteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara serologi dan molekuler.
Baca Juga:Rintis Usaha Keripik Pisang, Nurul Ihsani Raup Omset Belasan Juta Setiap BulanPGRI Cugenang Siap PTM 50 Persen
“Deteksi serologi dilakukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau pernah terinfeksi dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus,” kata Korri.
Menurut Korri, deteksi molekuler dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi virus dengan cara mendeteksi materi genetik virus. Hasil positif dari deteksi molekuler dapat dilanjutkan dengan melakukan proses sequencing untuk mendapatkan sekuens virus tersebut.
“Analisis sekuens virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus, melakukan karakterisasi sekuens virus dengan melihat adanya variasi pada sekuens, melakukan analisis kekerabatan virus, dan juga menentukan sebaran epidemiologi virus,” tambah Korri.
Peneliti Pusat Riset Biomedis, Fitriana mengatakan, penegakan diagnosis hepatitis akut unknown hendaknya dilakukan secara seksama dengan mempertimbangkan penyebabnya.
“Penegakkan diagnosis hepatitis akut unknown ini harus dilakukan secara seksama, dengan menimbang berbagai penyebab hepatitis, seperti hepatitis virus A, B, C, D, E, yellow fever, leptospirosis, cytomegalovirus (CMV), Eipstein Barr Virus (EBV), adenovirus (normal adenovirus infection atau novel variant adenovirus), infeksi atau sindroma post infeksi SARS-CoV-2 atau varian baru SARS-CoV-2, obat-obatan, toksin, atau pajanan lingkungan, ko-infeksi, dan sebagainya. Pemeriksaan biokimia akan memberi andil dalam penelusuran etiologi dan merubah unknown menjadi known,” ungkap Fitriana.(rls/hyt)