Ada satu proses yang tidak perlu dilakukan di produksi minyak curah: deodorisasi. Juga, tidak perlu ada investasi mesin pengemas. Pun, tidak membeli plastik kemasan yang mahal.
Bahan baku minyak premium dan minyak curah sama: sama-sama CPO. Yakni, minyak sawit dari hasil pemerasan buah sawit.
Warna cairan CPO itu masih oranye kecokelatan.
CPO itulah yang dikirim ke pabrik minyak goreng. Untuk diproses sebanyak tiga tahap. Pertama, dilakukan degumming –dibersihkan dari kotoran-kotoran yang karena begitu kecilnya sulit dibuang dengan saringan. Kedua, di-bleaching, dicuci. Ketiga, dideodorisasi –untuk membuat warna lebih cling dan aroma lebih gurih.
Baca Juga:Tingkatkan Skill Digital Talent, BRI Hadirkan Metaverse untuk Pembelajaran PekerjanyaBaru 291 Desa Setorkan Data Usulan Pemutakhiran Bangunan
Minyak curah tidak perlu proses yang ketiga itu. Tapi, tetap mengandung beta karoten yang bisa menjadi vitamin B, mengandung provitamin A dan provitamin C. Artinya, badan akan bisa mengolahnya menjadi vitamin A dan C.
Proses pertama dan kedua tetap dilakukan. Hanya saja, kadar kotorannya tidak sebersih premium. Kadar pencuciannya pun lebih rendah. Lalu, tadi itu, tanpa deodorisasi.
Tidak ada industri besar yang membuat pabrik untuk minyak curah. Semua minyak curah produksi pabrik kecil.
Akhirnya, minyak goreng curah itu akan dianggap sama mutunya dengan minyak premium –kalau ada yang nakal: membeli minyak curah, dikemas secara baik, lalu dijual dengan harga minyak premium.(dahlan iskan)