SEBENARNYA saya ingin menulis tentang balap motor di Mandalika. Tapi, saya takut bersaing dengan Azrul Ananda.
Sebenarnya saya punya kelebihan darinya: punya nomor kontak Rara Wulandari –si pawang hujan yang menghebohkan itu. Tapi, saya kasihan dia: saya tidak ingin paksa dia untuk bercerita.
Saya memang menghubungi Rara. Tapi, sekadar untuk mengucapkan selamat: Anda top di atas top. ”Rahayuuuuu,” sapa saya kepada Rara.
Baca Juga:Disnakertrans Catat 163 WNA Bekerja di CianjurUu Sambut Ramadan Bersama Warga Sukabumi
Saat saya hubungi, Rara sedang menuju Pura Agung. Untuk semedi. Hari itu Kamis malam –malam Jumat Kliwon. Rara harus menenangkan diri. Rara merasa berita tentang dia terlalu banyak. Rara meminta agar saya tidak mewawancarai dulu.
Bagaimana dengan begitu banyaknya sorotan medsos padanyi?
”Santai saja, Pak” kata Rara. ”Nanti kan reda sendiri,” tambahnyi.
Kali pertama mengontak Rara empat hari lalu. Rara masih belum mau bicara. Dia mengatakan akan menghubungi saya: kalau sudah siap diwawancara. Saya tunggu. Satu hari. Dua hari. Tiga hari. Rara belum mau bicara. ”Sudah terlalu banyak berita tentang Rara,” katanyi.
Berhasilkah Rara?
”Tidak,” bunyi komentar di medsos. ”Buktinya, hujan turun,” katanya.
”Rara sangat berhasil,” tulis yang lain. ”Bisa menghentikan hujan,” tambahnya.
Kalau saja hujan tidak berhenti, balap motor internasional itu berantakan. ”Kalau hujan lebih panjang setengah jam lagi saja, akan langsung diputuskan balapan dibatalkan,” ujar seorang pengamat MotoGP. ”Tidak ada istilah ditunda besoknya, atau lusanya,” tambahnya.
Bahwa hujan itu berhenti, kata ahli cuaca, memang sudah waktunya berhenti. Ada atau tidak ada Rara. Cuaca kini makin bisa dihitung: kapan hujan dan untuk berapa lama.
Bahwa terjadi hujan di Mandalika ternyata justru disyukuri para pembalap. Apalagi, hujan bisa berhenti pada saat yang tepat. Kalau saja tidak sempat ada hujan, menurut media di Barat, cuaca di Mandalika akan terlalu panas. Aspal di lintasannya juga terlalu berpasir. ”Hujan sebentar itu telah membersihkan pasir debu dari permukaan lintasan,” tulis media tersebut.
Itu dibuktikan dari balapan kualifikasi sehari sebelumnya. Seorang pembalap terjatuh. Pakaian balapnya –dengan bahan dari kulit– diperiksa. Ternyata banyak pasir batu yang menancap di bahan kulit itu. Dan hujan sebentar itu telah membersihkan permukaan aspalnya.