Ajakan itu bagus. Tapi nada ajakan itu benar-benar seperti di naskah skenario film parodi. Pakai satire segala. Lihatlah ajakannya untuk berunding dengan Putin di bawah ini.
Seolah ia seorang presiden sekaliber Macron: “Satu-satunya cara mengakhiri perang ini kalau saya bertemu Anda. Secara langsung. Kami tidak punya rencana menyerang Rusia. Apa yang Anda inginkan dari kami? Pergilah dari tanah kami. Duduklah bersama saya. Tapi jangan berjarak sampai 30 meter seperti ketika duduk dengan Presiden Prancis Macron”.
Tentu itu bukan ajakan berunding yang tulus. Itu adalah kata-kata untuk menghina Putin. Yang waktu bertemu Macron jarak duduk mereka memang begitu jauh. Satu di ujung meja sini, satunya lagi di ujung sana. Terlihat tidak akrab. Meski tentu tidak sampai 30 meter.
Baca Juga:Makin Mudah Berinvestasi dengan BRIGHTS, Aplikasi Trading Online Terlengkap dari BRI GroupRidwan Kamil Resmikan Dua Pasar Hasil Revitalisasi di Cirebon
Sebagai wartawan saya suka membaca pernyataan seperti itu. Enak untuk dijadikan tulisan. Pukul sana, pukul sini. Tapi yang dipertaruhkan ini negara –mengapa punya sikap seperti itu.
Lalu apa sih maunya Rusia –setelah menguasai Ukraina?
Kata Putin: Rusia tidak ingin menduduki Ukraina. Tapi juga janganlah Ukraina jadi lawan Rusia.
Putin ingin –seperti pernah saya baca di komentar pembaca Disway– Ukraina jadi negara yang bebas militer. Dalam versi pembaca Disway: seperti Swiss.
Maka, Putin, sejak kemarin, sibuk kampanye baru. Seolah perang sudah akan selesai: kerja sama internasional harus kembali terjalin. Terutama kerja sama ekonomi.
Ia ingin agar seluruh sanksi untuk Rusia diakhiri.
Akankah di babak akhir ini Zelenskyy tiba-tiba bisa jadi joker yang membalikkan semua kepastian Rusia? (Dahlan Iskan)