Ia begitu sering dipanggil rapat. Dalam kaitan ketersediaan oksigen. Ia harus mengawasi agar semua pabriknya bekerja 24 jam tanpa istirahat. Tidak boleh ada mesin yang mati. Tidak boleh ada listrik yang berkedip. Oksigen begitu ditunggu oleh para penderita Covid di rumah sakit di seluruh negara.
Arief kelelahan.
“Beliau mengeluh ke saya dua hari lalu. Merasa kelelahan,” ujar Soedomo, bos Kapal Api.
Arief mempunyai komorbid: gula darah dan tekanan darah tinggi.
Pabrik oksigennya begitu besar. Ia hanya sedikit kekurangan oksigen di dalam darahnya.
Baca Juga:Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup SementaraKPK Ingatkan Penyaluran Bantuan Sosial Tunai Harus Transparan dan Akuntabel
Tapi Arief sudah membuat sejarah dalam hidupnya: menjadi raja oksigen di Indonesia. Ia membuat Indonesia mandiri di bidang itu.
Ia juga baru saja membuat sejarah di bidang bisnis: “kerajaan” Samator Group baru saja selesai dibangun. “Kerajaan” itu terbuat dari beberapa tower dan gedung pertemuan. Ia masih punya tanah luas di sebelahnya. Untuk proyek berikutnya.
Pak Arief juga sedang membangun pabrik baru oksigen yang lebih modern. Hampir jadi. Ia sangat bangga dengan proyek barunya itu.
Bukan hanya keluarganya yang kehilangan. Dunia olahraga bola voli juga sangat kehilangan. Ia adalah pembina voli yang all out.
Demikian juga umat Buddha. Ia adalah ketua Permabudhi (Perkumpulan Masyarakat Buddha Indonesia). Ini satu organisasi baru di luar Walubi.
Pak Arief telah membangun puluhan vihara. Dan membantu berbagai organisasi agama. Ucapan bela sungkawa datang dari lintas agama. Salah satu yang datang pertama adalah dari Yaqut Cholil Qoumas, bukan sebagai Menteri Agama, melainkan sebagai Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, NU.
Pak Arief yang baik dan rendah hati itu seperti tokoh dalam puisi: hidup untuk membuat sejarah. (*)