Saya juga dihantui oleh teori bahwa vaksinasi itu harus cepat mencapai 60 persen. Agar tidak merangsang munculnya varian baru.
Tiba-tiba varian baru sudah di depan kita. Gelombangnya lebih dahsyat dari indukannya. Si anak lebih gesit dari bapaknya. Sudah seminggu terakhir angka penderita Covid justru lebih tinggi dari puncaknya tahun lalu.
Kita memang panjang sekali memperdebatkan ”ekonomi dulu” atau ”kesehatan dulu”. Lalu kita memilih di tengah-tengah. Kita sempat berbangga: teori kita itulah yang ternyata benar. Ekonomi tidak mati, Covid terkendali.
Ternyata tidak seperti itu.
Baca Juga:Besok, Pemkab Cianjur akan Bahas Teknis Pelaksanaan PPKM DaruratMenekan Penyebaran Dokumen Palsu, Diskominfo Jabar Siap Gunakan TTE
Singapura sudah segera memasuki normal baru. Kita memasuki kenyataan baru. Di kenyataan baru itu mungkin tidak akan lagi terulang perdebatan lama: mana yang didahulukan, ekonomi atau kesehatan. Yang akan berdebat sudah sama-sama kelelahan.
La tahzan!
Itu pedoman kita. Jangan putus asa.
Saya pinjamkan juga pepatah kuno Tiongkok: mendung tidak akan menggelayut di satu tempat terus menerus.
Kita lagi tunggu angin apa yang akan mampu menggeser mendung tebal yang menggelayut itu. (*)