Selama 40 tahun praktik, Mas Ton sempat mengalami permintaan aneh-aneh dari keluarga yang mau melahirkan. Terutama dari golongan Tionghoa. Misalnya banyak yang minta dioperasi caesar jam 00.05. Agar shio-nya sudah masuk shio yang lebih baik.
“Saya layani saja. Itu kan keyakinan mereka,” kata Mas Ton.
“Minta tarif khusus?” tanya saya.
“Tidak,” tegasnya.
“Kan ada yang untuk permintaan seperti itu mengenakan tarif tiga kali lipat… ,” kata saya.
“Saya tidak mau begitu,” jawab Mas Ton.
Waktu saya menjalani transplantasi hati di Tianjin, 2006, Mas Ton menjalani operasi jantung di Australia. Waktu saya melaksanakan bedah buku Ganti Hati –tiga bulan setelah operasi– Mas Ton yang jadi moderator –sama-sama baru selesai operasi besar.
Baca Juga:Bersama Warga, Satgas TMMD Renovasi Masjid di Desa Ciandam MandeEuro 2020: Belgia dan Denmark Lolos ke Babak 16 Besar
Saya tidak perlu lagi menulis bagaimana Mas Ton menemukan Evie. Sudah ada di podcast saya kapan itu.
Obat TKI telah banyak memperpanjang umur manusia. “Keluarga saya juga kena kanker. Juga minum obat TKI. Bertahan sudah 8 tahun,” ujar ahli kanker Prof Dr Ario Jatmiko yang memiliki rumah sakit Ongkologi di Surabaya. “Sayangnya keluarga saya itu kena serangan kanker kedua, kanker isofagus,” ujar Prof Miko.
Seberapa mahal obat itu? Sehingga hanya yang kaya yang bisa mendapatkannya?
Saya pun mengumpulkan informasi. Untuk minum tiap hari, setiap bulan habis antara Rp 30 sampai Rp 50 juta. Kalau mau tambah umur lima tahun tinggal mengalikan 50 x 12 x 5 saja.
Karena itu obat ini belum populer di Indonesia. Tidak semua rumah sakit memiliki cadangan obat itu.
Itu berbeda dengan di negara yang sistem jaminan kesehatannya lengkap: termasuk mencakup obat tersebut.
Negara memang harus menghemat uang. Termasuk uang asuransi. Bahwa bocor Rp 16 triliun di asuransi A dan Rp 16 triliun lagi di asuransi B, itu kan bukan asuransi kesehatan. (*)