Kurniawan pun terjun ke dunia pelelangan wine. Ia ikut lelang: sebagai pembeli wine. Di setiap lelang wine yang mahal-mahal Kurniawan ada di situ. Ia menjadi cepat terkenal. Ia sering mengalahkan peserta lelang dari mana pun.
Dalam satu tahun, Kurniawan bisa membeli anggur merah sampai Rp 14 miliar. Ia pun sering diwawancarai pers. Anggur-anggur itu, katanya pada media di sana, hanya untuk disimpan. Untuk koleksi. Sebagai hobi. Toh harganya akan terus naik.
Maka Kurniawan pun segera terkenal sebagai kolektor wine. Termasuk kolektor wine vintage –yang sudah disimpan lebih dari 20 tahun.
Baca Juga:Jadikan Hari Bumi Sebagai Momentum Evaluasi DiriSesosok Mayat Ditemukan di Sungai Cibuni Agrabinta Cianjur, Identitasnya Belum Diketahui
Setelah namanya terkenal sebagai kolektor kelas berat –di lingkungan masyarakat wine– Kurniawan pun punya reputasi hebat. Maka ketika ia mulai menjual koleksi wine-nya, orang pun percaya. Termasuk percaya pada kualitas wine yang dijualnya.
Kurniawan segera naik kelas. Ia menjadi pelelang tepercaya wine. Pernah dalam satu lelang yang ia adakan, Kurniawan mendapat penawaran sampai sekitar Rp 500 miliar.
Apalagi ketika Kurniawan mengadakan lelang wine merek Château Lafleur bikinan tahun 1947.
Itu wine bikinan Prancis. Termasuk yang paling terkenal di dunia. Sampai saya ingin bisa merasakannya –pun bila hanya untuk di ujung lidah.
Wine merek itu dibuat di pabriknya yang di pinggir sungai Bordeaux. Bahan bakunya berupa anggur dari perkebunan anggur Pomerol –yang terbaik di seluruh Prancis.
Sayang waktu dulu saya ke Bordeaux belum tahu soal ini. Saya sama sekali tidak tertarik untuk sekadar duduk-duduk sebentar di pinggir sungai itu. Menyesal.
Kini kian banyak orang mampu membeli anggur merah merek itu. Sudah diproduksi ”kelas duanya”.
Baca Juga:Polisi Buru Pelaku Penganiayaan dan Pemalakan di Cikalongkulon CianjurSatgas Covid-19 Terbitkan Surat Edaran, Pengetatan Mobilitas Berlaku Mulai Hari Ini
Keberanian Kurniawan melelang Chateau Lafleur tentu menarik perhatian luas. Apalagi tahunnya langka: 1949.
Tapi itu pula yang mulai mencurigakan.
Akhirnya Kurniawan kena batunya. Ia terlalu rakus uang. Ia terlalu banyak menjual Chateau Lafleur. Sampai-sampai pabrik wine itu sendiri heran. Kok yang dijual Kurniawan lebih banyak dari angka produksi di tahun itu.
Pabrik pun akhirnya memastikan: Chateau Lafleur 1949 yang dijual Kurniawan melebihi catatan jumlah limited edition produksi pabrik itu sendiri.