Cianjurekspres.net – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melantik 13 pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui telekonferensi dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (1/7/20).
Ke-13 pejabat eselon II yang dilantik tersebut terdiri dari empat pejabat mutasi dan sembilan pejabat merupakan hasil lelang jabatan (open bidding) yang sudah rampung beberapa waktu lalu.
Dalam amanatnya, Kang Emil mengingatkan agar para pejabat Pemda Provinsi Jabar loyal kepada pimpinan. Dia menegaskan tidak ada visi misi kepala dinas, yang ada adalah visi misi gubernur dan wakil gubernur.
“Ingat, loyalitas satu arah tegak lurus kepada pimpinan, tidak kemana-mana dan selalu ikut arahan pimpinan. Tidak ada visi misi kepala dinas yang ada adalah visi misi gubernur dan wakil gubernur,” ujar Kang Emil.
“Dan ingat, jabatan itu bukan hal yang abadi, akan selalu ada evaluasi selama enam bulan, satu tahun, atau dua tahun kalau ternyata performa (kinerja) tidak sesuai dengan ekspektasi pimpinan, maka jabatan itu juga akan bergeser,” tambahnya.
Pada acara pelantikan yang juga disaksikan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, Kang Emil juga menuturkan bahwa rotasi atau mutasi adalah hal biasa dan mesti menjadi bagian dari kekuatan pelaksanaan roda pembangunan di Jabar.
Gubernur menyampaikan apresiasi kepada para pejabat yang dilantik, terutama sembilan pejabat yang telah berhasil melewati berbagai tahapan pada seleksi terbuka.
“Saya mengucapkan selamat kepada mereka-mereka yang telah mengikuti seleksi yang sangat ketat. Lebih dari tiga tahap dan akhirnya atas takdir Tuhan Yang Maha Kuasa terpilih untuk membantu pimpinan dalam penyelenggaraan pembangunan di Jawa Barat,” tutur Kang Emil.
Kang Emil berpesan, ASN harus memiliki empat nilai utama yakni integritas, melayani sepenuh hati, profesional, mentalitas juara. Selain empat nilai tersebut, ada empat kualifikasi yang harus dimiliki, yaitu IQ yang tinggi, EQ atau akhlaqul karimah, spiritualitas atau SQ, dan juga Physiqal Quotient atau PQ yang baik.
“Jawa Barat hari ini seperti yang lainnya, mendapat tantangan disrupsi oleh COVID-19. Maka pola pikir tidak bisa lagi dengan text book-text book yang terlalu konvensional. Dibutuhkan pimpinan-pimpinan jabatan tinggi pratama ini yang proaktif, yang bisa menganalisis sendiri dan memberikan masukan kepada pimpinan bukan yang punya attitude asal bapak senang atau attitude menunggu arahan-arahan,” pintanya.