Saprodi, Bantuan Bagi Petani Miskin Terdampak Covid-19

Saprodi, Bantuan Bagi Petani Miskin Terdampak Covid-19
Petani menunjukan padi hasil panennya di kampung Kilasah, Kasemen, Serang, Banten, Sabtu (1/2). Data BPS mencatat target produksi padi Provinsi Banten tahun 2013 sebesar 7.450.000 ton Gabah Kering Giling (GKG) tidak tercapai dan hingga akhir Desember 2013 baru mencapai 6.412.975 ton GKG akibat banyaknya sawah yang terendam banjir hingga mengalami gagal panen. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/Koz/NZ/14.
0 Komentar

Cianjurekspres.net – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan Menko Perekonomian memerintahkan mempersiapkan bantuan langsung bagi petani miskin, bukan dalam bentuk pendanaan melainkan sarana produk padi (Saprodi).
Petani miskin penerima bantuan, terdiri dari petani serabutan, berstatus buruh tani dan petani penggarapa karena mereka ini yang dalam terdampak Covid-19 secara langsung.
Pernyataan tersebut disampaikan Mentan usai Rapat Terbatas (Ratas), Selasa (5/5/2020) dilansir dari setkab.go.id.
“Bantuannya adalah dalam bentuk saprodi (Sarana Produk Padi) dengan nilai kurang lebih Rp300.000. Bantuan saprodi itu dengan nilai itu di dalamnya ada pupuk, bibit, dan obat-obatan,” imbuh Mentan.
Menurutnya, data penerima dari petani yang dimaksud petani miskin itu harus by name by address.
“Untuk 2,7 juta orang dan data ini sudah dalam validasi atau disusun secara berjenjang dari bawah mulai dari kelompok tani ke kostrad tani (komando strategi pertanian) di kecamatan,” ungkap Mentan.
Kemudian, lanjut Mentan, dilegalisasi oleh dinas-dinas pertanian kabupaten dalam mewakili Bupati dan Gubernur dan data itu telah diajukan ke Menko Perekonomian untuk bisa mendapatkan alokasi.
“Dana ini akan bergulir langsung ke kostrad tani, kostrad tani itu tingkat kecamatan. Di tingkat kecamatan itu nanti kelompok taninya akan sendiri membagikan siapa yang dimaksud dalam by name by address yang ada, ini dikoordinasikan tentu dengan Mendes,” kata Mentan.
Ditegaskannya, Saprodi dimaksudkan juga untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat dan di antaranya juga adalah masuk pada family farming seperti tanaman pekarangan di sekitar rumah dan bisa masuk kepada orang-orang yang membutuhkan.
“Karena memang petani miskin yang selama ini cari hidup di luar kemudian kembali ke desanya dan ternyata terdampak dengan ini dan ini semua tentu dalam validasi-validasi yang harus dilakukan,” ujarnya.
Rencananya, jels Mentan, Menko Perekonomian berencana akan melibatkan Babinsa dan kepolisian untuk memvalidasi data yang ada, sehingga betul-betul diharapkan yang menerima ini sesuai dengan sasaran.
Soal lahan rawa, Mentan sampaikan bahwa sebenarnya di Litbang pertanian sudah ada cara bertanam menghadapi lahan rawa itu, salah satunya adalah telah memiliki produksi bibit yang cukup namanya Inpara (Inbrida Padi rawa).

0 Komentar