CIANJUR EKSPRES– Fenomena angin kencang yang menerjang Rancaekek, Bandung pada tanggal 21 Februari 2024 bukan puting beliung biasa, melainkan badai tornado pertama yang tercatat di Indonesia.
Hal ini dikonfirmasi oleh para pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Menurut Pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin musibah yang terjadi di Rancaekek merupakan badai tornado pertama di Indonesia.
Baca Juga:Raih Penghargaan Platinum Travel Agency dari Vietnam Airlines, tiket.com Dukung Kemajuan Pariwisata VietnamInilah Manfaat Minum Kunyit untuk Kecantikan yang Alami
Volume pusaran angin tornado Rancaekek memang jauh lebih besar dibandingkan dengan angin puting beliung biasa.
Erma Yulihastin, seorang pakar klimatologi dari BRIN, mengatakan bahwa badai tornado di Rancaekek sudah terprediksi.
“Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia?
“KAMAJAYA sudah memprediksi ‘extreme event’ 21 Februari 2023,” jelasnya
Durasi tornado Rancaekek tergolong panjang dibandingkan dengan angin puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tornado Rancaekek merupakan fenomena alam yang ekstrem dan perlu diwaspadai.
“Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada 21 Februari 2024. Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini,” tulisnya di unggahan X
Menurutnya hanya sekali terjadi durasi fenomena itu selama 20 menit pada 2021 di Cimenyan.
Erma memaparkan, Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit, Itu pun sudah lama banget. Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021.
Baca Juga:Misi Ganda David da Silva, Jelang Laga Persib Bandung vs Barito Putera5 Ciri-Ciri Untuk Mengetahui Orang yang Suka Berkhianat
Erma menambahkan setelah terjadi badai tornado di Rancaekek, para ahli BRIN akan melakukan riset untuk memahami lebih lanjut tentang fenomena ini dan meningkatkan upaya mitigasi bencana di masa depan.