CIANJUREKSPRES, CIANJUR – Hendra Mawan (39) dan keluarga kecilnya sudah hidup di tenda hunian sementara selama 1 tahun 1 bulan 19 hari. Pasalnya 21 November 2022 lalu rumah dia dan orangtuanya rubuh dihajar gempa bumi 5,6 magnitudo.
Warga Kampung Cariu RT 02/ RW 01, Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang itu kini jadi satu-satunya keluarga yang masih bertahan di tenda, setidaknya di kampung tersebut.
Sementara rumah orangtuanya telah dibangun dari bantuan pemerintah pusat, Hendra kini tak miliki harapan dapat bantuan serupa. Masalahnya, rumah Hendra dan orangtuanya dulu dalam satu atap.
Baca Juga:4 Kecamatan di Cianjur Masih Rawan Banjir dan LongsorPenanganan Rutilahu di Cianjur Sangat Minim
“Rumah saya dan orangtua saya satu atap tapi terpisah tembok. Jadi waktu mau didata, tetangga pada bilang kalau saya tinggal sama orangtua. Gara-gara itu juga saya tidak pernah disetujui oleh pemerintah untuk menerima bantuan stimulan,” ujarnya pada Cianjur Ekspres.
Beratnya hidup benar-benar dirasakan Hendra. Selama menghuni huntara, Hendra dan keluarganya sudah lima kali pindah posisi.
Dulu, saat pertama kali diguncang gempa, dia dan keluarganya mengungsi di tenda komunal. Namun hal itu tak berlangsung lama karena sebagian besar warga pulang ke rumahnya masing-masing.
Lalu dia menempati lahan sawah untuk membangun tenda, itu pun tak lama karena sawahnya akan digarap si pemilik. Dia pun pindah ke lahan kosong dekat makam di kamlung tersebut.
“Di situ tidak betah karena terlalu dekat dengan makam. Istri dan anak-anak saya takut,” kata Hendra.
Dia pun meminjam lahan kosong bekas reruntuhan rumah warga. Tapi, terpaksa harus menyingkir lagi karena lokasinya akan dibangun rumah in-situ oleh pemerintah pusat.
“Akhirnya saya kembali ke lahan bekas rumah saya, disini tempatnya sempit. Tapi karena tidak ada lokasi lain, makanya kami bertahan di sini,” ungkapnya.
Baca Juga:Jembatan Gembreng di Karangtengah Cianjur Terancam Ambruk, Menyisakan Plat dan Rangka BesiStrategi Anies Perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan: Lakukan seperti Ali Sastroamidjojo
Huntara dari bambu dan terpal dengan lebar 4×5 meter kini menjadi rumahnya. Tempat tidur, lemari pakaian, dapur, dan ruang keluarga menjadi satu. Pintu masuknya hanya selembar kain.
Empat hari lalu, pada Jumat (5/1) saat hujan deras mengguyur di malam hari, terpalnya bocor dimana-mana. Membuat dia, istri, dan dua anaknya saling membantu untuk menampung tetesan air yang masuk ke tenda menggunakan belasan ember. Kejadian itu terus terjadi selama hujan turun.