Namun, setelah digunakan beberapa lama, Sherly justru kesulitan karena kursi roda yang berat dan kondisi rumah yang berada di gang. Tak hanya itu, Sherly kemudian enggan menggunakan kursi roda karena tak mau dikira tidak bisa berjalan.
“Takutnya disangka tidak bisa jalan,” ujarnya.
Akhirnya, selama beraktivitas Sherly hanya menggunakan alas kaki yang dimodifikasi buatan neneknya, Ira.
Sejak kecil, Ira membuatkan Sherly semacam celana yang menyatu dengan alas kaki. Stoking wanita yang dipotong, dijahit ke potongan sendal jempit, dengan alas busa.
Kembali Torehkan Prestasi, Pemkab Cianjur Berhasil Raih Tiga Penghargaan
Baca Juga:Hiu Tutul Jumbo 7 Meter Mati Terdampar di Pesisir Pantai CiraranganSiswa SMA Pasundan 1 Cianjur Sabet Juara Kedua FLS2N Tingkat Nasional
“Sejak masih kelas satu SD, pakainya itu. Kalau rusak, harus beli stoking lagi, saya jahit ke alasnya. Ntah sudah berapa banyak stoking yang dipakai Sherly,” ujar Ira saat ditemui di kediamannya, Kampung Pataruman RT 04 RW 19 Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur.
Ingin Seimbang Dunia dan Akhirat
Ira sebagai nenek Sherly yang mengurus sejak masih bayi, sudah menganggapnya sebagai anak bontot. Sejak umur 40 hari, dengan kondisi pascakecelakaan, Ira dan Asep sudah ketitipan Sherly.
“Saya sudah merawat Sherly sejak masih bayi. Ayah dan ibunya bekerja di luar kota. Ayahnya namanya Agus, kalau ibunya Pramesti. Makanya namanya Sherly Agustin Pramesti,” ujar Ira.
Sejak kecil, Sherly jarang mengeluh. Semangatnya untuk bersekolah, tak pernah surut. Ira pun selalu berusaha agar Sherly berbesar hati tiap kali merasa murung.
“Saya selalu membesarkan hati Sherly, akhirnya dia selalu semangat. Saya berharap Sherly bisa jadi orang besar, dengan mengenyam pendidikan tinggi tapi juga sholehah, mengangkat derajat keluarga di dunia dan akhirat,” kata Ira, saat ditemui Sabtu (9/9/2023).
Pascakecelakaan, lanjut Ira, Sherly sudah beberapa kali jalani operasi. Terakhir pada saat umur 5 tahun, di mana dokter harus melakukan penyeimbangan tulang di kedua kaki Sherly.