CIANJUREKSPRES – Bupati Cianjur Herman Suherman menyebut pelajar di Kota Santri krisis akhlak, lantaran kerap terjadi kasus tawuran antar pelajar hingga perundungan.
Oleh karena itu, Pemkab memberikan pembinaan ke sekolah-sekolah di Cianjur dan akan menambah jam pelajaran agama untuk pembinaan siswa.
“Dalam rangka pembinaan untuk pelajar Cianjur, karena saat ini pelajar sudah banyak yang terjerumus pada kenakalan remaja seperti tawuran, perundungan, geng motor, dan lainnya.
Baca Juga:Putri Ariani Nyanyikan Bohemian Rhapsody Bareng Ganjar PranowoPeningkatan Signifikan, Harga Galaxy Tab S9 Masih Logis!
Maka dari itu Pemkab akan mengeluarkan Peraturan Bupati yang mana isinya adalah penambahan jam pelajaran agama,” ujarnya kepada Cianjur Ekspres, Selasa (18/7/2023).
Pembinaan ini merupakan momen yang tepat, terutama saat ini sedang terlaksana kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk peserta didik baru.
“Saya melakukan pembinaan ini karena tepat dengan momen anak-anak baru masuk sekolah, Insha Allah saya akan berkeliling untuk memberikan pembinaan untuk para siswa-siswi sekolah yang ada di Kabupaten Cianjur,” ujar dia.
Bupati Cianjur juga menjelaskan bahwa pembinaan ini tidaklah hanya sekadar kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan.
Hal ini sejalan dengan visi misi Cianjur yang ingin menjadikan daerah tersebut maju, mandiri, religius, dan berakhlak mulia.
“Saya tadi sampaikan bahwa pembelajaran ini bukan kewajiban tapi kebutuhan, dan juga dalam rangka implementasi visi misi cianjur yang maju, mandiri, religius, dan berakhlak mulia, ” lanjutnya.
Penambahan Jam Pelajaran Agama
Bupati berharap krisis akhlak yang terjadi dapat teratasi dengan menambahkan jam pelajaran agama dan penerapan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Baca Juga:Disini Link Nonton One Shot Minato Namikaze Terbaru!Manga One Shot Minato Namikaze, Ada Fakta Baru Terungkap!
“Kita ingin krisis akhlak ini diatasinya dengan menambah jam pelajaran agama dan dibuatkan peraturan bupati,” ucap dia.
Oleh karena itu, pembinaan ini dirancang untuk memberikan pendekatan yang lebih agamis, melibatkan berbagai aspek kehidupan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah.
“Harus bersinergi antara para guru di sekolah dengan para orangtua karena kan para siswa lebih banyak berkegiatan di luar lingkungan sekolah, jadi harus bekerja sama membangun pendekatan agamis terhadap anak-anak agar tercapainya tujuan berakhlak mulia,” ujarnya.