Mappatopo, Tradisi Bugis-Makassar yang Unik!

Mappatopo
Doc : Mappatopo
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Ungkapan kebahagiaan bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Salah satunya kebahagiaan menyambut kepulangan jamaah di Bugis-Makassar.

Mappatopo adalah istilah dalam budaya Bugis-Makassar di Indonesia untuk menyebut tradisi atau acara penyambutan haji yang kembali dari menunaikan ibadah haji di Mekah.

Mappatopo merupakan perayaan yang diadakan oleh keluarga, kerabat, dan masyarakat setempat untuk menyambut kepulangan jemaah haji.

Baca Juga:Keren! Putri Ariani dan Slank Berduet Memeriahkan HUT Ke-77 BhayangkaraResep Sapi Lada Hitam untuk Olahan Daging Kurban ala Restoran

Melakukan acara ini biasanya di kediaman jemaah haji atau di tempat-tempat tertentu seperti masjid atau aula.

Mappatopo biasanya berisi dengan berbagai kegiatan seperti pengajian, pembacaan doa, ceramah, pemberian ucapan selamat, dan pesta makan bersama.

BACA JUGA :

Tips Turunkan Kolestrol Setelah Makan Daging Kurban

Selain itu, dalam acara Mappatopo juga sering adanya tarian, musik, dan hiburan lainnya untuk merayakan kepulangan jemaah haji dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat.

Acara ini menjadi momen penting untuk membagikan pengalaman dan cerita perjalanan haji serta mengucapkan terima kasih kepada Allah atas kesempatan menunaikan ibadah haji.

Acara ini memiliki makna sosial dan religius yang dalam dalam budaya Bugis-Makassar.

Ini juga menjadi kesempatan bagi jemaah haji untuk berbagi pengalaman spiritual mereka dengan masyarakat setempat dan memperkuat ikatan sosial antara jemaah haji, keluarga, dan komunitas.

Tradisi Melempar Topi

Mappatopo adalah tradisi dalam bahasa Bugis yang secara harfiah berarti “melempar topi”.

Baca Juga:Dendeng Ragi Sapi: Sajian Lezat Dari Daging Kurban Jawa TimurSop Kambing Kuah Bening Praktis: Hidangan Lezat dari Daging Kurban

Setelah jamaah haji Bugis-Makassar tiba di Makassar setelah menyelesaikan ibadah haji di Makkah, mereka mengenakan pakaian tradisional Bugis yang sebut “baju bodo” dan mengenakan topi khas yang sebut “topi pammase”.

Ketika tiba di Masjid Agung Sultan Hasanuddin, mereka akan melakukan beberapa tahapan dalam tradisi Mappatopo.

Pertama, mereka mengambil air zamzam yang mereka bawa dari Makkah dan memercikkannya ke topi pammase mereka.

Kemudian, dengan melempar topi ke udara, jamaah haji Bugis-Makassar menandakan penutupan perjalanan haji mereka dan menyambut kepulangan mereka ke kampung halaman.

Tradisi Mappatopo ini menjadi momen yang sangat penting dan meriah.

Jamaah haji Bugis-Makassar biasanya dampingi oleh keluarga, teman, dan komunitas setempat yang datang untuk menyambut dan menghadiri acara ini.

0 Komentar