CIANJUREKSPRES – Jembatan Citarum di perbatasan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat jadi saksi lahirnya tol terpendek di Indonesia. Di periode 1990-an, terkenal dengan istilah Tol Gope.
Tol Gope sejatinya merupakan Jembatan Tol Rajamandala, terbentang kurang lebih dua kilometer dari Desa Mandalawangi, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat hingga Desa Cipeuyeum Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur.
Tol tersebut dibangun memotong lurus jalur sebelumnya, pada periode 1971 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1979.
Sejarah dan Resep Surabi Oncom yang Legendaris
Baca Juga:Dinsos Cianjur Titipkan ODGJ ke Yayasan Tanpa Surat ResmiBalita Tergelincir di Sungai Cianjur Saat Sedang Bermain
“Tahun 90-an tarifnya Rp500 untuk mobil dan Rp100 untuk motor. Tapi pada awal beroperasi, hanya Rp100 untuk mobil dan Rp50 untuk motor,” ujar Ade Samsudin (64) warga asli Kampung Pareang Tol Desa Mandalasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
Sebelum ada Tol Gope, kata Ade, semua kendaraan dari arah Bandung harus melintasi jalan memutar, ke arah Jalan Mandalawangi dan menyebrangi Jembatan Citarum Lama yang lebarnya hanya cukup untuk satu mobil.
Tol Gope Dulu Punya Tiga Gerbang
Di Tol Gope, lanjut Ade, dulunya terdapat empat gerbang tol tiap jalur, tiga gerbang untuk mobil dan satu untuk motor. Gerbang tol berjarak sekitar 100 meter dari Jembatan Citarum.
Ade ingat betul, saat awal tol beroperasi, masih banyak pengendara motor yang ‘nyelonong’ masuk ke jalan Tol Gope tanpa membayar dan mengambil karcis di gerbang.
Sejarah dan Perkembangan Mochi Di Indonesia
Tol Gope sangat padat lalu lintas. Pasalnya, jalan tersebut merupakan satu-satunya akses dari Bandung ke Jakarta dan sebaliknya. Ade menceritakan, pada masa arus mudik, pengendara harus antri berjam-jam untuk melintasi Tol Gope.
“Kalau mau Lebaran pasti macet. Ngantrinya lama, selain karena penumpukan kendaraan, macet juga akibat banyaknya cabang jalan di sekitaran Rajamandala,” ungkapnya.