Proses Pembangunan Sekolah Terdampak Gempa Tidak Merata

Proses pembangunan sekolah terdampak gempa tidak merata. (dik)
Proses pembangunan sekolah terdampak gempa tidak merata. (dik)
0 Komentar

CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Proses pembangunan sekolah terdampak gempa tidak merata.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Diskdikpora) Kabupaten Cianjur sebut perbaikan sekolah rusak akibat gempa proses pengerjaannya tidak merata. Namun, ada sejumlah sekolah yang diperkirakan selesai setelah lebaran.

BACA JUGA:

Tempat Wisata ‘Terhits’ Bandung, ‘Jungle Milk’

Kepala Disdikpora Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim menyatakan, kriteria perbaikan sekolah yang rusak dibagi ke dalam 3 kelompok yakni rusak berat, sedang, dan ringan.

“Yang rusak berat di SD itu ada 125 sekolah, pengerjaannya dikerjakan oleh PUPR. Masalah persentasenya masing-masing berbeda tergantung kondisinya masing-masing. Tapi bisa dilihat salah satunya ini (SDN Bunikasih 4, red), kelihatannya sudah 70 persen, mungkin satu bulan ke depan sudah bisa dipergunakan,” ujar Akib kepada Cianjur Ekspres, saat memantau perbaikan bangunan SDN Bunikasih 4, di Kecamatan Warungkondang, Senin (6/3).

BACA JUGA:

Wisata Lembang Murah Banyak Spot Foto Instagramable, Wajib Dikunjungi!

Baca Juga:Warung Kopi Instagramable dan Homey Hiasi Sudut Kota CianjurPSSI Cianjur Gelar Piala Exco U-13

Akib mengungkapkan, untuk target selesai perbaikan sekolah rusak rata-rata dalam rentan waktu tiga bulan.

“Tapi belum tentu semua, karena tidak bareng, ada yang sudah duluan, ada yang baru mulai juga ada. Tergantung dari pengerjaan PUPR. Karena semua ini anggarannya dari PUPR,” imbuh Akib.

BACA JUGA:

Harga Merchandise Konser BLACKPINK  ‘BORN PINK’  in Jakarta 2023, Murah bangett!!!

Sementara itu, saat ini para siswa yang sekolahnya rusak akibat gempa masih mengikuti pembelajaran di tenda darurat.

“Untuk pembelajaran di tenda, kita juga tidak memaksakan pindah ke mana, yang penting bagaimana kita mengefektifkan pembelajaran. Nah, selama bangunan sekolahnya belum terselesaikan, tentu tenda kalau memang ada menjadi pilihan,” ujarnya.

Tetapi, kata dia, sekolah punya improvisasi untuk pembelajaran. Karena metode pembelajaran sekarang adalah kurikulum merdeka.

“Jadi mereka belajar itu bukan hanya sekedar menggunakan ruangan-ruangan belajar, tapi tempat lain pun bisa digunakan sebagai tempat belajar,” katanya.

“Misalnya di bulan Ramadan ini mungkin anak belajarnya di Mesjid, misalnya. Misalnya lewat pendidikan keagamaan, itu boleh. Jadi semua tempat yang bisa digunakan untuk pembelajaran semua bisa. Hanya memang tenda bagaimanapun juga masih digunakan untuk tempat belajar,” katanya.

0 Komentar