Cianjurekspres.net – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) atas nama Yuyun Bin Odi, warga Kampung Palalangon RT 02/RW 05 Desa Jati Kecamatan Bojongpicung, Cianjur, sudah 12 tahun tak bisa pulang ke kampung halamannya. Yuyun tidak bisa pulang karena ditahan majikannya di Makkah Almaheysa Saudi Arabia.
Selama 12 tahun tidak pulang, keluarga Yuyun pun khawatir hingga melakukan berbagai upaya, namun hingga kini masih belum berhasil.
Kakak Kandung Yuyun, Tuti Astuti (45) menerangkan, Yuyun berangkat ke Saudi Arabia menjadi PMI pada tahun 2010. Namun, hingga sekarang belum juga pulang.
Baca Juga:Bangunan Puskesmas Cikalongkulon Terbakar, Alkes dan Obat-obatan HangusPPP, PAN dan Golkar Koalisi, Tb Mulyana Syahrudin: Akan Ada Kejutan Baru
“Tapi kalau komunikasi hingga kini masih aktif SMS melalui WhatsApp, tapi bila ditanya kapan pulang Yuyun hanya bisa nangis, karena majikannya selalu melarangnya untuk pulang,” kata dia kepada wartawan, baru-baru ini.
Selain itu, Tuti mengungkapkan, gaji bulanan Yuyun hingga kini belum juga dibayarkan dan bila mengirim uang gaji tak pernah sampai ke tangan pihak keluarga. Karena yang mengirim uang melalui bank adalah majikannya.
“Dan resminya selalu tidak dikasihkan. Pernah satu kali diberikan ternyata nomor kirimnya salah, hingga uang kirimnya tidak bisa dicairkan,” ungkapnya.
Akibat 12 tahun tidak pulang, pihak keluarga pun sudah merasa putus asa. Karena berbagai upaya mulai dari alternatif telah dilakukan pihak keluarga. Bahkan, gabah hasil panen pun dijual untuk modal mencari ahli spiritual yang bagus.
“Untuk ongkos mencari ahli spiritual yang jitu, gabah hasil panen di sawah habis dijual dan seluruh petunjuknya dikerjakan biarpun berat, namun akhirnya belum berhasil, Yuyun belum juga pulang,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Astakira Cianjur Ali Hildan membenarkan adanya salah seorang keluarga Yuyun asal Bojongpicung telah menguasakan pada Astakira untuk memproses kepulangan Yuyun. “Kami sudah melakukan upaya untuk kepulangan Yuyun, semoga saja Yuyun bisa cepat dipulangkan ke Indonesia,” singkatnya. (dik/sri)