Seperti juga Benny Moerdani, Pak Dhar mengatakan, ”tanya sendiri saja langsung ke Pak Harto”.
Ketika akhirnya Sarwono untuk kali pertama diangkat sebagai menteri, ia punya alasan untuk menghadap presiden. Sebagai menteri Pendayagunaan Aparatur Negara ia minta menghadap. Langsung dikabulkan.
Bahkan seminggu sekali Sarwono bisa bertemu Pak Harto. Selalu disediakan waktu malam hari. Selalu di kediaman Jalan Cendana. Selalu cukup lama.
Baca Juga:Ketua DPD RI: Jangan Khawatir DivaksinPolres Cianjur Amankan Dua Pelaku Kejahatan Modus COD Jual Beli Kendaraan
Dalam setiap pertemuan itu, selalu saja Pak Harto yang banyak berbicara. Soal macam-macam. Justru tidak pernah bicara apa yang diinginkan Sarwono: apa keinginan presiden di bidang penertiban aparatur negara.
“Kenapa Pak Harto begitu?” tanya Sarwono kepada Pak Dhar yang sudah jauh lebih lama dekat dengan Pak Harto.
“Itu pertanda situ lagi dijajaki apakah bisa menjadi orang dalam,” jawab Mensesneg.
Setelah tahu itu, Sarwono memutuskan: tidak mau menjadi orang dalam Pak Harto. Ia ingin tetap dekat tapi ada jarak.
Sarwono memang menjadi menteri sekali lag: Menteri Lingkungan Hidup. Kementerian itu, juga kementerian sebelumnya, dianggap bukan kementerian inti di zaman pertumbuhan ekonomi menjadi panglima.
Di akhir zaman Pak Harto, kian jelas posisi Sarwono. Ia selalu pakai pita hitam di bajunya. Yakni ketika mahasiswa Trisakti mati tertembak, Mei 1998. Waktu itu ekonomi negara sedang merosot drastis. Mahasiswa mulai bergerak: turunkan Pak Harto.
Pita hitam itu jadi persoalan besar ketika SCTV mengundang Sarwono ke studio. Sarwono diwawancarai mengenai bagaimana mengatasi keadaan yang memanas di Jakarta.
Baca Juga:Serbuan Vaksinasi Kodim 0608/Cianjur Sasar Warga CipanasRUPSLB BRI Setujui Right Issue 28 Miliar Lembar Saham
Ketika masuk studio, ternyata Sarwono masih mengenakan pita hitam. SCTV minta agar pita itu dilepas. Setidaknya selama wawancara live. Sarwono tidak mau. Pilih acara dibatalkan.
Tidak bisa lagi. Waktu sudah mepet. Kalau wawancara batal akan diisi apa. Tidak cukup waktu mencari pengganti.
Apa boleh buat.
Tampil live dengan pita hitam itu saja sudah provokatif –untuk situasi saat itu. Apalagi isinya. Sarwono mengatakan keadaan ini sudah sulit diatasi. Satu-satunya cara harus cabut gigi. Gigi itu harus dicabut. Tidak bisa lagi ditambal-tambal. Yang dimaksud gigi itu, Anda sudah tahu, Pak Harto. Anda pun masih ingat siapa yang mewawancarai Sarwono saat itu: Ira Koesno yang cantik itu.