Cianjurekspres.net – Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Barat, diminta untuk beradaptasi dalam melayani masyarakat melalui inovasi digital kesehatan yakni telemedicine.
Hal tersebut diutarakan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam Musprov XVII PMI Jabar di Kota Bandung, Sabtu (12/6).
“Lahirlah sebuah digital yang preventif yaitu telemedicine dan harapannya menjadi skill baru bagi PMI. Jadi 5 juta yang dihadirkan menjadi relawan diberikan edukasi hidup sehat dan preventif menggunakan digital,” ujar Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil dilansir dari laman humas.jabarprov.go.id.
Baca Juga:Karena TerjepitHasil dan Klasemen Euro 2020 Tadi Malam
Kang Emil menyebut, telemedicine mempermudah 5 juta relawan PMI dalam memberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat Jabar.
Ia menambahkan, teknologi telemedicine dapat membantu peningkatan pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat, masyarakat pun cukup menggunakan gawai untuk mengetahui keluhan penyakit yang dirasa.
“Telemedicine ini merupakan kumpulan perpustakaan kesehatan dunia sebagai jawaban penyakit yang dirasakan melalui teknologi robot. Dan akan saya jadikan percontohan nasional,” jelasnya.
Ia berharap para pengurus PMI yang terpilih mendatang bisa beradaptasi dengan cepat terkait pemanfaatan ilmu digital, salah satunya telemedicine.
“Itu digital, poinnya hubungan dengan PMI kuasai ilmu digitalnya sebagai edukasi. Bikin seminar telemedicine agar semua PMI paham,” harapnya.
“Jadi kalau yang memimpin PMI tidak mahir menggunakan teknologi digital, maka akan tergerus zaman,” kata kang Emil.
Tak hanya itu, Kang Emil berpesan agar digitalisasi dihadirkan oleh para relawan dan pengurus PMI, salah satunya terkait penyebaran informasi mengenai stok darah yang seringkali menjadi permasalahan dasar di masyarakat.
Baca Juga:Jadwal Pertandingan Babak Penyisihan Piala Eropa 2020 Malam IniCerita Sukses Nasabah BRI Bawa Kerajinan Bali Mendunia
“Nantinya apabila yang ingin donor darah bisa diaplikasikan dengan 4.0 melalui e-commerce. Sehingga seluruhnya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Nah, apabila digitalisasi tersebut hadir di tengah masyarakat. Gubernur meyakini tidak akan ada lagi masyarakat yang mengalami kebingungan saat keluarganya mencari stok darah di PMI.
“Poinnya untuk PMI. Harusnya ketika orang yang mau ngecek stok darah ada aplikasinya, agar terdata bagi masyarakat dan tidak mengalami kebingungan. Itulah transformasi digital, tidak mengubah bentuk kerja tapi bisa terselesaikan dengan baik,” cetusnya.