“Tidak ada rasa apa pun,” ujar Halim, dari PBNU itu. Lebaran formulir keluhan ya kosong. Demikian juga Anthony Budi, seorang pengusaha galangan kapal. Ia sudah divaksin 8 hari lalu. Umurnya 70 tahun. “Tidak ada keluhan apa-apa,” katanya.
Anang Hermansyah, penyanyi dan pencipta lagu itu juga mengatakan hal yang sama. “Saya, Ashanti, anak laki-laki saya tidak punya keluhan,” ujar Anang. Ashanti yang dimaksud adalah istri Anang.
Saya juga sempat ngobrol dengan dr Terawan. Saya kemukakan apa pun yang dikatakan para pengritiknya. Soal uji coba di binatang. Soal akan mahalnya biaya vaksinasi nanti –kalau disetujui. Soal disiplin penelitian. Soal apa pun kritik yang keras-keras.
Baca Juga:Semifinal Liga Champions Leg 1: Real Madrid Vs Chelsea 1-1Kebakaran di Pasar Induk Cianjur, Hanguskan Dua Kios
Terawan pilih tidak menanggapi itu. Ia tahu semua jawabnya. Ia heran mengapa ada pandangan seperti itu. Tapi semua itu untuk saya saja. Kalau dipublikasikan hanya akan membuat heboh. Ia memilih lebih baik diam dan bekerja.
Ternyata tidak semua yang ada di situ berurusan dengan bukan-vaksin itu. Salah seorang di antaranya terlihat ada tempelan di lengannya. Saya kira ia baru divaksin.
“Saya di sini tidak untuk vaksin,” katanya.
“Kok ada tempelan di lengan?” tanya saya.
“Saya baru disuntik dendritik untuk pengobatan saya,” jawabnya.
“Sakit apa?”
“Saya menderita auto imun,” katanya.
Berarti ia baru saja menjalani terapi cell cure di situ. Yang biayanya Rp 300 juta itu. Memang baru RSPAD yang punya fasilitas cell cure seperti itu.
Meski bukan termasuk obyek penelitian, saya akan dimonitor terus oleh tim apa itu. Teman-teman rombongan saya senang bisa jadi obyek penelitian. Meski mereka harus bolak-balik ke Jakarta. Mereka kemarin harus sahur di rest area Brebes. Yang bekas pabrik gula zaman Belanda itu.
Sampai habis subuh mereka istirahat di situ. Bahkan sempat senam pagi bersama pula di situ. Pakai lagu-lagu yang disetel keras. Mereka membawa pengeras suara. Lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta.(Dahlan Iskan)