Duka Kapal Selam
Mereka tahu ini: kapan oksigen di kapal selam itu habis.
Ada penanda digital di situ.
Tiga hari lagi –tiga hari yang lalu.
Mereka tahu ini: kapan oksigen habis.
Dua hari lagi –dua hari lalu.
Mereka tahu ini: kapan oksigen habis.
Satu hari lagi –satu hari yang lalu.
Mereka tahu ini: berapa jam lagi oksigen habis.
6 jam lagi.
3 jam lagi.
1 jam lagi.
30 menit lagi.
Mereka tahu ini: tanpa oksigen tidak ada lagi kehidupan.
Pun di dalam kapal selam itu –Nanggala 402.
Mereka tahu ini: tidak ada tanda-tanda akan ada pertolongan.
Mereka berada di kedalaman laut yang sangat dalam –800 meter tanpa alat komunikasi.
Di sebuah palung yang dalam jauh di utara Pulau Bali.
Kapal selam itu menyelam –lalu terselam terlalu dalam, entah kenapa.
Mereka 53 orang, prajurit kebanggaan bangsa bahari.
Mereka pembela kedaulatan laut negeri.
Mereka berjuang, berjuang, berjuang, sampai laut terdalam.
Mereka berjuang, berjuang, berjuang sampai oksigen terakhir.
Mereka berjuang abadi di taman pahlawan di dalam kapal selam.
Mereka berjuang selamanya…
Dan kami berduka melebihi duka-duka apa pun.
Kami berduka juga karena kami tidak berdaya.
Kami berduka untuk pahlawan bangsa: 53 orang yang berjuang sampai di keabadian.
Surabaya, 24 April 2021
(Dahlan Iskan)